ASAL MUASAL KATA NOKEN - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ASAL MUASAL KATA NOKEN

 

noken
Wanita Papua (Biak) membawa getah damar menggunakan noken, 1916


ORANG PAPUA di masa lampau sudah mengenal berbagai jenis noken. Mulai dari ukuran yang paling kecil hingga ukuran besar. Dan, ada banyak sekali jenis-jenis noken dari berbagai suku di tanah Papua dengan sebutan khas bahasa lokal mereka masing-masing. Noken tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Papua sebab noken merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam menunjang kehidupan masyarakat di pulau Papua.

Apa arti dari kata “noken”? Sejatinya kata “Noken” atau “Inoken” (’nok’n) berasal dari bahasa Biak. Secara etimologi istilah kata noken berasal dari dua suku kata yaitu Bino (perempuan, wanita) dan noken (kandungan, harim wanita) yang disingkat menjadi Inoken atau Noken (b-i-n-noken). Jadi, makna "Bin-noken" (Inoken) berarti kandungan perempuan, rahim perempuan atau yang disebut juga “inoken kapar”.

Makna dari Inoken mengandung pengertian yang sangat dalam pada tradisi suku Biak di masa lampau. Itu artinya seorang perempuan atau wanita memiliki peranan penting dalam keberlangsungan hidup manusia Biak (Snonkaku Byak). Inoken tak bisa dipisahkan dari sosok seorang wanita sebagai perempuan yang melahirkan, menyediakan kebutuhan seorang anak dan keluarganya.

noken
Noken (Numfor) 1953 
Mengapa noken disamakan dengan rahim wanita? Rahim wanita adalah sebuah organ reproduksi yang memiliki banyak fungsi. Dan, ketika masa kehamilan rahim wanita akan melebar (elastis) mengikuti pertumbuhan sang bayi. Rahim merupakan bagian penting yang melindungi, dan menjadi tempat untuk menjaga seorang bayi dalam masa kehamilan hingga dilahirkan ke dunia.

Merujuk pada kamus Noemfoorsch Woordenboek (Kamus bahasa Numfor), 1947 menulis beberapa arti dari kata noken yaitu: 1. Tas daun yang dikepang/dianyam; 2. Rahim perempuan (kandungan perempuan).

Konsep noken inilah yang menjadi inspirasi perempuan Biak di masa lampau untuk menciptakan wadah/tempat untuk mengisi sesuatu (rosaser) yang mereka sebut noken yang sebenarnya identik dengan perempuan. Dalam kalangan orang Papua, noken amatlah penting dalam menunjang kehidupan sosial mereka dan mengandung nilai-nilai luhur manusia Papua. Noken banyak dikerjakan oleh kaum perempuan, dan terdiri dari banyak jenis seperti Inoken Farun, Inoken Kawere, Inoken Sone, dan jenis lainnya yang dikenal dalam masyarakat Biak. Setiap jenis noken memiliki fungsinya seperti untuk mengisi umbi-umbian, makanan, bayi, hewan, dan beragam fungsi. Dalam perdagangan tempo dulu noken juga dipakai sebagai takaran atau ukuran harga.

Feuilletau De Bryun (1920), seorang Penulis sejarah Biak, menulis, “Ubi juga dikemas dalam keranjang yang memiliki nilai yang sama. Jewawut dan kacang polong diperdagangkan dalam noken isi ±10 L. Harga bervariasi untuk jumlah tersebut berkisar f1-f 1,50.”

Bagaimana kata noken ini berkembang? Salah satu alasan mengapa kata ini digunakan adalah karena kata “noken” banyak dipakai oleh kalangan orang Biak sendiri di tanah Papua dalam percakapan sehari-hari mereka. Selain itu, kata noken juga populer dikarnakan dipakai dalam banyak literatur bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Salah satu Majalah berbahasa Indonesia (Madjalah Bimas Katolik - Volume 3-7) tahun  1976 menulis, “Noken adalah tas dari anjaman kulit kaju”.

Pada perkembangannya, kata noken belakangan diserap kedalam bahasa Melayu Papua dan digunakan umum oleh masyarakat Papua hingga hari ini. Kata “noken” kini bukan hanya bagian dari bahasa Biak, tapi kata noken sudah menjadi bagian dari kosa kata bahasa Melayu Papua. 

Post a Comment for "ASAL MUASAL KATA NOKEN"