CHRISTIAN FATAHAN: GURU DAN MUSIKUS TEMPO DULU PAPUA
Sumber: KITLV |
Tampaknya Fataha Bin Hasan, ayah Christiaan ini, yang diceritakan oleh Zendeling F. J. F. van Hasselt dalam perjalanan ke Sarmi pada 1912. Di sana Van Hasselt bertemu dengan seorang pedagang yang bernama Adolf yang tinggal di Sarmi. Adolf ini istrinya orang Papua, mereka bertemu dengan Van Hasselt dengan membawa 15 butir telur ayam untuknya. (Berigten van de Utrechtsche Zendingsvereeniging, 1912) Dalam catatan itu Van Hasselt menyebut "Menadoneesch" atau orang Manado. Penjelasan lain dalam buku F. C. Kamma, bahwa Tuan Van Hasselt berjumpa dengan seorang Ambon yang kawin dengan perempuan Papua. Orang Ambon ini menceritkan kepada Van Hasselt bahwa orang Sarmi hendak membongkar kuil roh, sebab banyak orang meninggal karena sejenis penyakit. (Kamma, 1993:387)
Pemburu burung Cenderawasih, 1910 |
Kisah mengenai Christian ini, tercatat dalam buku Een fakkeldrager in het dal der schaduwen, karya F. C. KAMMA, yang menceritakan kisah dari sang guru "Christiaan", dikisahkan bahwa sebelum mendapat nama Christiaan awalnya dia bernama Banjori (Adam Bin Fataha) setelah mendapat baptisan barulah dia dinamakan "Christiaan".
Dalam buku itu diceritakan bahwa tuan De Neef dan seorang pedagang Cina akan berlayar ke Hollandia (Jayapura sekarang). Pedagang Tionghoa ini kemungkinan adalah Bok Goan Nan, yang pernah mengundang Van Hasselt pada waktu dia berkunjung ke Sarmi.
Sebelum keberangkatan, Banjori alias Christian memohon kepada Zendeling De Neef agar ia bisa ikut bersamanya ke Jayapura. De Neef memang menginginkan agar anak itu bisa ikut bersamanya, sayangnya orang tuanya tidak mengizinkan anaknya bahkan sang anak mendapat ancaman dari orang tuanya.
Pada malam hari waktu tuan De Neef sedang beristirahat Christian kecil mendatanginya dan mengutarakan lagi niatnya untuk ikut bersama sang tuan ke Hollandia. De Neef tahu bahwa jika sang anak ikut bersamanya ini bisa menyebabkan anak itu mendapat masalah dengan orang tuanya.
De Neef tidak menginjikan sang anak, namun Christian punya rencana tersendiri. Semalam ia tidak tidur, dengan diam-diam ia menyelinap di dalam perahu tanpa sepengetahuan tuan De Neef dan orang tuanya.
Keesokan harinya, tuan De Neef dan pemilik kapal, orang China itu, mulai melakukan perjalanan. Mereka pun berlayar, dalam perjalanan Tuan De Neef ingin mengambil sesuatu yang tersimpan dalam palka, pada saat ingin mengambil barang ia pun sangat terkejut! Ternyata anak itu bersembunyi dalam sekunar. Itulah awal kisah epik pemuda Papua Christian Fatahan, yang berjuang sebagai seorang pria tangguh. Singkat cerita ia pun bersama tuan De Neef, ia mendapat didikan dari orang tua Eropanya. Belakangan ia tumbuh menjadi seorang pria yang trampil sebagai seorang pengajar yang bersemangat.
Christian Muda |
Keterampilan dalam bermain trompet dan alat musik lainnya ini, menjadi warisan berharga bagi turunannya. Sebagaimana anaknya yang bernama Isak Samuel Fatahan (1938-1980?) yang kerap disapa Mimi Fatahan, merupakan salah satu musik tokoh Papua yang dikagumi oleh para pemusik Papua.
Ayah Mimi Fatahan merupakan tokoh orang Papua di masa lalu yang dikenal bukan saja sebagai seorang guru penginjil, namun keterampilannya dalam memainkan alat musik, menjadi dorongan moril dan penggerak dalam diri Mimi Fatahan, anaknya.
Catatan mengenai karir Mimi Fatahan maupun musikus orang Papua dalam sejarah musik modern di tanah Papua, telah ditulis oleh I.Igir.M.AI, Qatiri, Dkk dalam buku Menelusuri Jejak Langkah Sang Legenda, Black Brothers.
Sejarah musik di tanah orang Papua, telah lama berkembang dan menunjukkan eksistensi mereka sebagai pemusik Papua. Kini, banyak sekali anak-anak Papua era abad ke-21 yang telah sukses dalam berbagai karya-karya orginal mereka.
Christian Fatahan telah menitihkan karirnya bukan saja sebagai seorang guru bagi tanah Papua. Namun, kecintaannya pada musik telah menginspirasi generasi setelahnya untuk terus mempelajari keterampilan bermusik.
Post a Comment for "CHRISTIAN FATAHAN: GURU DAN MUSIKUS TEMPO DULU PAPUA "