Dua Lelaki Bugis dan Makassar dalam Cerita Rakyat Biak-Numfor - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dua Lelaki Bugis dan Makassar dalam Cerita Rakyat Biak-Numfor

Perahu Orang Makassar di teluk Doreri, Papua, 1800-an.

DIKENAL SEBAGAI PALAUT TANGGUH

"ORANG Bugis dan orang Makasar" terkenal sejak masa lalu sebagai pelaut dan pedagang yang mengarungi lautan nusantara bahkan sampai ke negeri Asing. Kehidupan masa lalu orang Bugis dan orang Makassar tercatat dalam berbagai literatur. 


Di masa lalu, orang Bugis maupun orang Makasar kerap pulang balik Sulawesi-Papua, untuk berdagang dengan orang-orang Papua. Penduduk pesisir tanah Papua, sering kali berjumpa dengan pedagang-pedagang Bugis dan Makasar untuk melakukan barter hasil-hasil komoditi berharga, seperti burung Cenderawasih, kayu Masoi, Pala, Budak dan komoditi lainnya. Mereka sering tinggal di Papua berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. 

Karena sering berdagang dan berlayar ke Papua, mereka sudah dikenal oleh orang Papua, misalnya oleh penduduk teluk Cenderawasih. Dalam cerita fabel suku Biak, orang Bugis disebut "snon Bugi" dan orang Makasar disebut "snon Makasar" dalam narasi bahasa Numfor (Biak). 

CERITA DALAM BAHASA BIAK

Cerita tentang orang Bugis dan orang Makassar dalam teks bahasa Biak (dialek Numfor Doreri) ini, telah didokumentasikan oleh Zendeling F. J. F. Van Hasselt dalam bukunya Nufoorsche Fabelen En Vertellingen, yang diterbitkan tahun 1908.  Tuan Van Hasselt mendengar cerita itu langsung dari orang-orang Numfor Doreri dan mencatatnya. Terlihat dengan jelas dalam salinan bahasa Numfor di bawah ini menonjolkan dua lelaki yang berasal dari Sulawesi yakni orang Makasar dan orang Bugis. 

Potongan salinan bahasa Numfor dari buku karya F. J. F. Van Hasselt, 1908

Alur ceritanya seperti ini:  Seorang lelaki Makassar (Snon Makassar) membuat rumah batu, tanpa mengetahui kalau iya membuatnya di sarang lipan (kakiseribu, kelabang). Lipan ini sangat besar—ia lebih besar daripada manusia. Dan ketika orang-orang semua tidur di rumah, lipan itu keluar, dan menggigit salah satu orang di luar rumah, dan pria itu meninggal. Dan dia mungkin telah menggigit sembilan, atau mungkin sepuluh. Orang-orang semua meninggalkan rumah dan rumah itu kosong. 

Seorang lelaki Bugis (Snon Bugi) datang dengan kapalnya, dan dia sedang mencari rumah. Tidak ada satu orang pun yang menginginkan pria Bugis itu tinggal di rumah orang Makassar itu. Tetapi orang yang memiliki rumah kosong itu berkata kepada lelaki Bugis, "Kalau kamu ingin tinggal di rumah saya, tinggallah di sana, saya sudah tinggal di sana sembilan bulan, dan sembilan orang meninggal, jadi saya meninggalkan rumah itu." Lelaki Bugis berkata, "Tidak apa-apa, saya akan menyewa rumah kamu."

Pada malam pertama tinggal di rumah itu, lelaki Bugis tidak tidur dan berjaga-jaga. Malam itu lipan raksasa itu datang, karena takut diapun melarikan diri dengan orang-orangnya ke kapal dan dia tidur di sana. Malam kedua dia membawa tuala (kain, handuk) dan menunggu di pintu. Ketika binatang itu datang, dia memberikan makanan kepadanya, dan lipan raksasa itupun mendekat padanya. Mereka melihat bahwa kedua mata lipan raksasa itu menyala seperti pelita yang terang benderang.

Ketika binatang itu sudah sangat dekat, pria Bugis itu melemparkan tuwala ke kepala binatang itu dan mencopot kedua matanya. Binatang itu menjadi marah dan mengejar mereka. Tetapi ketika dia mengejar yang satu, yang lain berlalir ke jalan yang lain; jika dia mengejar yang lainnya lagi, yang lain kabur di jalan yang lain. Itu membuatnya bingung. Dan orang yang telah melepaskan kedua matanya menaiki kapal bersama orang-orangnya, dan segera berangkat.

Di pagi hari pemilik rumah bangun dan melihat lipan telah mati. Kemudian dia berkata, Ini adalah binatang buas yang tinggal di rumahku. Orang Bugis itu mencopot kedua matanya. Ketika, mereka ingin mencari orang Bugis itu, tetapi mereka tidak menemukannya lagi. Pria Bugis itu memiliki keuntungan besar dengan dua mata emas lipan raksasa. 

Cerita di atas merupakan cerita tutur, yang memperlihatkan bahwa di masa lalu orang Bugis dan orang Makassar sangat terkenal sampai di tanah Papua,  karena pelayaran dan perdagangan mereka dengan orang Papua di masa lalu. Sampai saat inipun banyak orang Bugis dan orang Makassar di Tanah Papua. 

Post a Comment for "Dua Lelaki Bugis dan Makassar dalam Cerita Rakyat Biak-Numfor"