PAPUA: PERDAGANGAN KULIT KAYU MASOI DI MASA LALU - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PAPUA: PERDAGANGAN KULIT KAYU MASOI DI MASA LALU

MANFAAT KAYU MASOI

Kali ini kita akan membahas sedikit tentang perdagangan di Papua, sebagaimana telah di ketahui ada banyak komoditas ekspor yang menguntungkan di masa lalu. Kencangkan kaca molo kalian kemudian bersama-sama menyelam dan menelusuri jejak perdagangan masa lalu. Sasaran kita adalah untuk mencari tahu komoditas berhaga yang bernama Cryptocarya massoy atau Masoi, salah satu tumbuhan di Papua yang sudah di kenal banyak orang berabad-abad lamanya. Kayu ini berkerabat dengan kayu Manis. Apa manfaat dari tumbuhan ini? Masoi (masohi) menjadi salah satu bahan baku dalam pembuatan industri makanan, kosmetik, pewarna maupun obat-obatan. Lantas, di buru banyak orang karena besar peranan fungsinya. Di Papua khususnya daerah Fak-fak, Bintuni, Kaimana banyak terdapat tumbuhan ini dalam jumlah yang cukup besar. Masoi tumbuh alami di atas tanah Papua. 

KOMODITAS YANG DICARI 

Orang Biak Numfor dan orang Windesi menyebutnya Aikor atau Aikori. Prospek perdagangan komoditas ini rupanya membuka jalur-jalur perdagangan antara penduduk Papua pesisir dan pedagang-pedangang dari luar Papua. Permintaan kayu Masoi dari berbagai wilayah di luar Papua, membuat pedangang harus berdatangan untuk bisa mendapatkannya. Periode waktu perdagangan masoi tidak begitu jelas, namun menurut beberapa penelitian bahwa kayu masoi ada sejak periode abad ke-14 sampai dengan abad ke-16, selanjutnya masih terus di perdagangkan sampai sekarang. Dulu, Fak-fak merupakan salah satu tempat penyedia kayu Masoi yang kemudian akan dikirim lagi melalui para pedagang yang telah datang ke Fak-fak. Komoditas ekspor impor di Papua cukup beragam. 

Ada banyak barang yang bisa ditukar dengan kayu masoi, misalnya  keramik, manik-manik, kain, pakaian, senjata, makanan, serta barang-barang bernilai lainnya. Di Rumbati dan Sekar, para pedagang orang Seram, Makasar dan orang Arab datang kesana dan memberikan barang yang di inginkan orang Papua (Fakfak) sesuai janji yang sudah di sepakati. Para pedagang keliling ini akan kembali setiap tiga bulan untuk mengumpulkan Masoi. (De clerq, 1893:452) Frederik De Clercq seorang resident Ternate yang pernah berkunjung ke Fakfak tahun 1800-an, menceritakan tentang pertemuannya dengan seorang Arab yang datang dari Gresik Jawa. Orang Arab ini menghabiskan beberapa bulan disana setiap tahun untuk membeli pala, kulit burung dan masoi. Orang Arab ini bergaul akrab dengan penduduk setempat. Dia mengakui kejujuran orang Papua yang berbisnis dengannya.   

Memasuki abad ke-19, kulit kayu aromatik terus meningkat di perdagangkan. J. J. Ten Have (1861-1939), menulis bahwa pada tahun 1888 atau 132 tahun yang lalu, sekitar 1333 picols (pikul) kulit kayu Masoi di ekspor ke luar negeri yaitu Tiongkok dan Singapura. Se pikul masoi seharga f10 gulden. (Ten Have,1892: 283)  Perlu di ketahui bahwa Picol (pikul) merupakan salah satu satuan berat tradisional yang di gunakan masa lalu. 1 pikul atau sepikul nilai satuannya tidak tetap, karena bergantung pada kesanggupan pemikulnya. Orang Tiongkok mengenalnya dengan sebutan tam (æ‹…). Pada  abad ke-19, satuan ini banyak di pakai dalam jurnal komersial perdagangan. Tahun 1800-an, pada masa Hindia-Belanda, di akui bahwa sepikul adalah sebesar 60 kg?. Jika berat rata-ratanya 60 kg pada satu pikul, berarti 1333 picols (pikul) dikonversikan kedalam satu kg adalah 79.980 kg. Itu berarti ada 79 ton yang di ekspor ke Negeri China dan Singapura pada tahun 1888. 

Tahun 1800 hingga memasuki tahun 1950-an, perdagangan Masoi tidak pernah berhenti. Pedagang China dan Papua memainkan peranan penting dalam perdangan kulit kayut masoi. Misalnya, seorang pedagangan China kayu masoi bernama 
Go Siang Kie yang tinggal di Manokwari secara aktif melakukan pembelian kayu Masoi di Wandamen (Wasior, Miei, Papua Barat), banyak masyarakat di kampung-kampung berdatangan membawa beri pikol-pikol kulit kayu masoi. 


Pedagang China Go Siang Kie dan orang Wandamen,
menimbang kulit kayu Masoi, tahun 1953.
sumber: www.papuaerfgoed.org

Pada tahun 1950-an, permintaan kulit masoi cukup tinggi, di ekspor ke luar negeri (Singapura). Bahkan kulit kayu masoi yang sudah di proses digunakan juga dalam industri kain batik.  Dalam dokumentasi foto di bawah ini terlihat orang-orang Windesi tengah membawa kulit kayu masoi kepada pedagang China (Go Siang Kie). Suasa yang begitu ramai dimana terlihat pria dewasa, wanita hingga anak-anak kecil sedang menunggu para pedagang. Setelah pedagang china membeli dari masyarakat, kemudian kulit kayu masoi akan di kemas rapi dalam karung goni dengan berat bersih 100 kg. Barulah kulit kayu masoi siap diekspor. 

Masyarakat Papua dari Windesi (Wandamen)
 memikul kulit kayu masoi, tahun 1953.
sumber: www.nationaalarchief.nl

KAYU MASOI DI ABAD KE-21

Apakah komoditas berharga kayu masoi ini masih di perdagangkan? Jejak-jejak kayu masohi di abad ke-21 ini ternyata masih terus eksis.  Dalam jurnal penelitian kehutan, “Potensi Dan Sebaran Masoi (Cryptocarya Massoy) Di Kabupaten Teluk Bintuni Dan Kabupaten Kaimana” Freddy Jontara Hutapea, dkk, menulis, “Sampai saat ini, permintaan terhadap masoi masih sangat tinggi. Sementara itu, pasokan masoi pada pasar internasional masih didominasi oleh masoi dari Papua. Hal ini mengakibatkan terjadinya overeksploitasi terhadap masoi di alam. Bila kondisi ini terus berlanjut, masoi dikhawatirkan akan punah dimasa depan”. 

Berbagai sumber menunjukkan bahwa di masa kini, kayu masoi masih menjadi komoditas ekspor primadona di Papua. Di beberapa tempat seperti di Jayapura misalnya, pengambilan kayu masoi untuk di perdagangan masih terus dilakukan. Memang, kayu itu akan terus tumbuh dan terus menghasilkan, namun pengambilan yang terus menerus tanpa penanaman kembali bisa mengakibatkan hilangnya kayu tersebut. Eksploitasi yang terus di lakukan akan mengakibatkan dampak buruk di masa mendatang. Tidak salah untuk memanfaatkan berbagai tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan kita, yang penting di ambil dengan cara yang wajar. 

Post a Comment for "PAPUA: PERDAGANGAN KULIT KAYU MASOI DI MASA LALU "