MENGENAL PENYEBUTAN BILANGAN ANGKA DALAM BAHASA WAROPEN PAPUA
Dokumentasi G. J. Fabritius, penyebutan angka dalam bahasa Waropen, tahun 1855
PENYEBUTAN BILANGAN ANGKA TAHUN 1800-AN
Dalam peradaban umat manusia, setiap suku bangsa tidak terlepas dari ilmu perhitungan matematika tradisional yang sering di pakai dalam berbagai fungsi dan kebutuhan, serta tercakup dalam tradisi leluhur. Untuk menjalankan suatu aktifitas baik itu aktifitas sehari-hari seperti berdagang, menangkap ikan, berburu, membuat rumah, perahu, dan berbagai jenis pekerjaan. Orang Waropen Kai menggunakan perhitungan tradisional mereka yang sudah ada berabad-abad lamanya dalam kehidupan mereka. Ini penting, sebab bisa memperlancar pekerjaan, bisnis, dan dalam kehidupan sosial itu sendiri. Kita tidak mengetahui sejak kapan bahasa itu ada, terbentuk, berkembang dalam kehidupan masyarakat Waropen.
Di wilayah adat Saireri atau teluk cenderawasih, setiap suku memiliki penyebutan angka dalam bahasa ibu mereka. Namun, dalam wilayah adat itu, ada kemiripan-kemiripan bahasa yang sangat dekat satu sama lain, misalnya ada kemiripan-kemiripan antara orang Biak Numfor dan Yapen Waropen. Tak dapat disangkal bahwa sejak lama mereka telah saling berhubungan satu sama lain, hubungan ini terbentuk karena kebutuhan dasar ekonomi, perkawinan, kekerabatan, serta aspek-aspek lainnya. Orang-orang Biak Numfor misalnya, banyak melakukan barter dengan penduduk Yapen Waropen, Wandamen, dan penduduk pesisir lainya juga saling kunjung mengunjungi. Kita akan berfokus pada penyebutan angka dalam bahasa Waropen lebih khususnya Waropen Kai. Meskipun mungkin tulisan ini tidak lengkap, setidaknya bisa kita mempelajari tentang masa lalu orang Waropen.
Catatan mengenai penyebutan angka dalam bahasa Waropen ini, tidak banyak terungkap khususnya pada tahun 1700-an. Mungkin saja Yacob Weyland yang pernah mengunjungi teluk cenderawasih pada tahun 1705 mendapat sedikit informasi tentang bahasa Waropen. Catatan tertulis perhitungan angka dalam bahasa Waropen, pertama kali di lakukan oleh G. J. Fabritius, pada pertengahan tahun 1800-an. Dalam sebuah jurnal berjudul "Aanteekenngen Omtrent Nieuw - Guinea" oleh Fabritius yang diterbitkan pada tahun 1855. Pada tahun tersebut, Fabritius mengumpulkan dan mencatat perhitungan dalam beberapa bahasa di teluk Cenderawasih (Geelvinksbaai) salah satunya adalah bahasa Waropen (Aropin). Dokumentasinya ini kemudian banyak digunakan oleh penulis-penulis Eropa lainnya untuk membandingkan bahasa-bahasa yang terdapat di Papua. Berikut catatan dari Fabritius (lihat gambar di atas):
1. Wosio (Satu)
2. Woru-o (Dua)
3. Woro (Tiga)
4. Woako (Empat)
5. Rimo (Lima)
6. Rimo-Wosio : angka enam adalah angka Lima + Satu (5 + 1 = 6)
7. Rimo-Woru-o : angka tujuh adalah Lima + Dua (5 + 2 = 7)
8. Rimo-Woro : angka delapan adalah Lima + Tiga (5 + 3 = 8)
9. Rimo-Woako : angka sembilan adalah Lima + Empat (5 + 4 = 9)
10. Saguro (Sepuluh)
20. Nongo Kenaw (Dua Puluh)
Tidak banyak informasi mengenai perhitungan angka dalam bahasa Waropen yang di catat oleh Fabritius, misalnya wilayah atau kampung manakah dokumentasi ini di buat, sehingga bisa menjadi acuan untuk menelusuri hitungan tersebut dan melakukan perbandingan dengan kampung-kampung di Waropen sekarang. Selain dia, ada juga para penulis lain yang mendokumentasikan perhitungan angka bahasa Waropen. Seperti Frederik Sigismund Alexander Clercq, dalam bukunya terbitan tahun 1898, dia juga mencatat angka dalam bahasa Waropen. (lihat foto di bawah)
PENYEBUTAN BILANGAN ANGKA TAHUN 1900-AN
Dokumentasi penyebutan angka dalam bahasa Waropen tidak berhenti sampai disitu, meskipun awalnya didokumentasi oleh para penulis Eropa, belakangan para penulis-penulis orang Papua sendiri melakukan penelitian tentang bahasa. Pada tahun 1994, di terbitkan pula satu buku tentang bahasa Waropen, buku itu berjudul "Fonologi Bahasa Waropen", yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Penulis buku ini, di tulis oleh orang Papua yaitu Don. A. L. Flassy, Lisidius Animung, Rachel Sawaki. Dalam catatan tersebut cukup lengkap diuraikan mengenai fonologi bahasa Waropen kemudian dalam daftar katanya di catat pula penyebutan angka bahasa Waropen. Seperti pada tabel di bawah ini. Beberapa penyebutan yang di ambil dari buku tersebut. Karya tulis tersebut turut memperlengkapi pustaka bahasa Waropen.
ANGKA
DALAM BAHASA INDONESIA |
PENYEBUTAN
DALAM BAHASA WAROPEN |
PENYEBUTAN
LAIN |
1 (satu) |
Wosio |
|
2 (dua) |
Woruo |
|
3 (tiga) |
Oro |
|
4 (empat) |
Ako |
Funa kenda |
5 (lima) |
Rimo |
Baingga kenda |
6 (enam) |
Wono |
Ako |
7 (tujuh) |
Iko |
Rimo |
8 (delapan) |
Garo |
Ghono |
9 (sembilan) |
Sigi |
Sighi |
10 (sepuluh) |
Sauro |
|
11 (sebelas) |
Sauro Oka Wosio |
|
12 (dua belas) |
Sauro Towa Woruo |
Sauro Ka Woruo |
13 (tiga belas) |
Sauro Oka Oro |
Sauro Ka Oro |
14 (empat belas) |
Sauro Oka Ako |
Sauro Ka Funakenda |
15 (lima belas) |
Sauro Oka Rizo |
Sauro Ka Bainggakenda |
16 (enam belas) |
Sauro Oka Wono |
Sauro Ka Bainggakenda Towo
Wosio |
17 (tujuh belas) |
Sauro Oka Iko |
Sauro Ka Banggakenda Towo
Woruo |
18 (delapan belas) |
Sauro Oka Garo |
Sauro Ka Banggakenda Towo Oro |
19 (sembilan belas) |
Sauro Oka Oka Sigi |
Sauro Ka Banggakenda Towo Funakenda |
20 (dua puluh) |
Asatiyo |
Nunggu Ndatio |
21 (dua puluh satu) |
Asatiyo Oka Wosio |
Nunggu Ndatio Ko Wosio |
30 (tiga puluh) |
Asatiyo Oka Sauro |
Nunggu Ndatio Ko Sauro |
40 (empat puluh) |
Asanduo |
|
50 (lima puluh) |
Asanduo Oka Sauro |
|
60 (enam puluh) |
Asanggoro |
|
80 (delapan puluh) |
Asanggoro Oka Sauro |
|
80 (delapan puluh) |
Asanafiina Kena Asana Ako |
|
90 (sembilan puluh) |
Asanafuna Kena Towa Sauro |
|
100 (seratus) |
Nunggu Rimo |
|
200 (dua ratus) |
Nunggu Sauro |
|
1000 (seribu) |
Wana Woruo Towa Nunggu |
|
Untuk menyebut bilangan pecahan, bahasa Waropen mengenal beberapa istilah untuk penyebutan pecahan. Misalnya, setengah atau seperdua disebut risa, seperempat disebut risa funa kena. Kemudian untuk menyebut kata pertama biasanya disebut afuwa, kedua:wewuruo, ketiga:weoro, akhir: woifuri, dan seterusnya. Disini, penulis tidak menyebutkan semua perincian tentang penyebutan dalam bahasa Waropen. Teman-teman bisa mempelajarinya lewat para penutur asli, atau melalui banyak literatur tentang bahasa Waropen.
Ilmu pengetahun tradisional suku bangsa Waropen Kai, unik untuk di pelajari dari berbagai aspek kehidupan orang Waropen di masa lalu sampai masa kini. Tentu, bagi generasi muda, jika tidak mempelajari bahasa daerah, dikemudian hari bahasa dan juga hitungan bahasa Waropen ini akan terkubur dalam kuburan bahasa. Maka, dengan mempelajarinya bahasa itu akan terus hidup dan berkembang. Pada abad ke-21 ini, banyak anak-anak remaja baik yang tinggal di kampung halaman maupun yang bersekolah atau melanjutkan pendidikan di tempat-tempat lain mulai melupakan bahasa daerah mereka.
Sangat menyedihkan, pengaruh bahasa Melayu Papua dan bahasa Indonesia yang kian bertambah penuturnya, membuat banyak remaja tidak lagi mempelajari bahasa suku mereka. Ada yang merasa sudah tidak jaman lagi mempelajari bahasa daerah, para orang tua yang tidak mengajarkan itu, atau mungkin ada yang tidak terlalu suka mempelajarinya. Meski demikian, dengan teknologi informasi yang semakin berkembang. Bahasa Waropen ini di salurkan melalui berbagai media baik dalam bentuk lagu, konten-konten tentang kebudayaan dan hitungan bahasa Waropen. Dengan terus mempelajari bahasa daerah khususnya bahasa Waropen, kita bisa menemukan banyak harta terpendam yang tersimpan dalam ungkapan-ungkapan tradisional bahasa daerah yang mungkin tidak terdapat dalam nasional.
Post a Comment for " MENGENAL PENYEBUTAN BILANGAN ANGKA DALAM BAHASA WAROPEN PAPUA"