PELAYARAN MASA LALU ORANG NUMFOR KE PULAU SERAM MALUKU
Perahu Tababeri, dari pulau Numfor tahun 1903 |
PELAYARAN ORANG NUMFOR DORERI
Menurut beberapa pustaka bahwa orang Numfor merupakan kelompok etnis yang menempati pulau Numfor sejak lama, dan mereka di kenal dengan identitas marga mereka yang tidak terdapat di pulau Biak Supiori. Mereka dikenal sebagai orang asli, disebut juga Numfor Yamo atau Tulen sebab merekalah kelompok suku pertama yang menempati pulau Numfor sebelum migrasi kedua orang Biak di pulau Numfor. Kelompok etnis ini juga menyebar di wilayah pesisir tanah Papua.
”Numforsi sbores be Rain. Oso ro si, imar ro Rain, ma seraki. Snon bemar ani snoriyo Morimpi. Serak i ro swan, Ingu oso ryama, ma dun snon bemar bukor byedi, dorni. Dorni kwar, in ani iyar ro Rain be Mnsower, ro Mnsower be Sarawati, ro Sarawati, be Doreri, ro Doreri be Numfori. Ingu iyar fanam rum bo dore, ”Meser mgowaf aya ro der. Bero rum sya skandor bo sikofen, “Rosai imbe ikofeni?”. Bape meser ya kawasa, si waf ro der, Ingu ryama, byayorem Morimpi bukor byedi ma Morimpi snari dun ifa derak i ro Numfori.”—disadur dari teks bahasa Numfor, tahun 1908
1. Sup Rain: Sebutan orang Biak Numfor untuk menyebut negeri/pulau Seram di Maluku
2. Mnsower: Sebutan orang Biak Numfor untuk menyebut pulau Misol, Raja Ampat Papua
3. Sarawati: Sebutan untuk menyebut pulau Salawati Raja Ampat Papua
4. Doreri: Sebutan untuk menyebut lautan dan tanah Manokwari Papua Barat
5. Numfori: Sebutan orang Numfor dan Biak untuk menyebut pulau Numfor
Cerita mengenai orang Numfor yang sampai di pulau Seram ini, tidak diketahui pelayaran mereka ini mulai ada sejak kapan. Dalam catatan Dr. Kamma, bahwa orang Numfor telah berlayar sampai ke kepulauan Maluku pada pertengahan abad ke-15 atau pada periode sekitar tahun 1401-1500 AD. Hubungan kontak mereka dengan dunia luar juga terekam dalam berbagai cerita tutur mereka.
Konon "Berabad-abad yang lalu datanglah armada dari Kem (Gebe), Jailolo dan Sup Rain (Seram) untuk menaklukkan kepulauan Irian. Beribu-ribu orang dibunuh, atau ditangkap dan kemudian diboyong sebagai budak. Armada ini menyerang juga Numfor, di mana banyak orang telah tewas, tetapi Yewun Beba berhasil membunuh panglima armada dengan tembakan panahnya, dan setelah itu seluruh armada mengundurkan diri. Karena yakin akan mendapat pembalasan, Yewun Beba pun mempersiapkan armada yang besar, dan mencari musuhnya. Ia menjumpainya di kepulauan Raja Empat (Sup Amber: pulau orang-orang asing). Ketika panglima armada yang kuat ini akan menembak Yewun, yang terakhir ini telah mendahuluinya dan anak panahnya masuk ke dalam laras senapan sebelum pelatuk ditarik. Orang terpesona oleh peristiwa ini, maka diputuskanlah untuk berdamai. Kemudian diadakan tukar-menukar tali pancing dan tiang kapal, dan dengan ini perdamaian pun disahkan, dan kembalilah armada-armada itu ke pangkalan masing-masing". (Kamma, 1981:70)
Lalu lintas pelayaran orang Numfor Doreri ke berbagai wilayah menunjukkan bahwa mereka merupakan salah satu pelaut ulung di masa lalu. Pelayaran mereka ini membuat mereka telah mengenal dunia luar dan tak sampai disitu, ini membuat mereka juga mempelajari hal-hal baru termasuk bahasa dan menyerap banyak budaya luar. Nah, sehubungan dengan bahasa misalnya, tercatat bahwa pada tahun 1775, orang Mansinam bernama Mambeway (Yoel) bisa berbicara bahasa Melayu dengan para pedagang di teluk Doreri. Banyak cerita tutur yang di compare dengan catatan tertulis saling melengkapi eksistensi dari orang Numfor Doreri di masa lalu.
NAMA PAPUA DALAM PETA PULAU SERAM
Pada peta pulau Seram tahun 1747, terdapat nama Papoewas atau Papua. Sebagaimana dalam banyak manuskrip-manuskrip tua, hubungan-hubungan kontak dagang sudah terjadi antara orang Papua dan orang Seram di masa lalu. Salah satu tempat yaitu Waru. Kampung Waru ini dulu merupakan tempat berkumpulnya perompak Papua dan sebagian orang Banda yang telah menetap disitu. Orang-orang Papua dan penduduk disana pernah di hukum Kompeni pada tahun 1653. Salah satu pemicunya karena aktifitas perompakan yang di lakukan perompak Papua.
“Lokasi yg dilingkari sekarang letaknya di sekitaran Kecamatan Teluk Waru. Kecamatan ini pemekaran dari Kecamatan Bula. Desa paling raya adalah Waru. Hasil cerita-cerita dengan beberapa orang tua di Misool Selatan beberapa waktu lalu, migrasi orang Seram ke Raja Ampat dan khususnya di Misool adalah dari wilayah ini, termasuk Bula, Waru sampai ke Geser dan Gorom. Hubungan orang-orang asli Misool sudah lama dengan mereka yang dari Seram ini. Sudah lama sekali. Bahkan sudah jadi 'tuan tanah' di sana akibat kawin campur. Dan di sana pun kontak dengan orang-orang Biak sangat sering terjadi. Itulah mengapa di Jefman banyak orang bermarga Biak khususnya yang Muslim bisa berbahasa Misool.”—Trifosa Marpaung
Post a Comment for "PELAYARAN MASA LALU ORANG NUMFOR KE PULAU SERAM MALUKU"