PELAYARAN MASA LALU ORANG NUMFOR KE PULAU SERAM MALUKU - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PELAYARAN MASA LALU ORANG NUMFOR KE PULAU SERAM MALUKU

Perahu Tababeri, dari pulau Numfor tahun 1903


PELAYARAN ORANG NUMFOR DORERI

Menurut beberapa pustaka bahwa orang Numfor merupakan kelompok etnis yang menempati pulau Numfor sejak lama, dan mereka di kenal dengan identitas marga mereka yang tidak terdapat di pulau Biak Supiori. Mereka dikenal sebagai orang asli, disebut juga Numfor Yamo atau Tulen sebab merekalah kelompok suku pertama yang menempati pulau Numfor sebelum migrasi kedua orang Biak di pulau Numfor. Kelompok etnis ini juga menyebar di wilayah pesisir tanah Papua. 


Orang Numfor berkerabat dekat dengan orang Doreri Manokwari. Koloni mereka juga ada di beberapa titik wilayah teluk Cenderawasih, seperti di Wandamen, Sorong sampai Raja Ampat. Kini secara umum orang-orang menyebut mereka masuk dalam etnis suku Biak Numfor, karena memiliki kesamaan budaya, bahasa yang sama, meskipun terdapat pebedaan dialek yang cukup mencolok. Pulau Numfor merupakan pulau penghasil kacang-kacangan dan gandum. Dan pada tahun 1600-1800-an, pulau ini banyak dikunjungi berbagai pedagang maupun orang asing untuk melakukan barter degan penduduk asli disini khususnya untuk membeli kacang hijau dan gandum. Bahkan pulau-pulau tetangga seperti pulau Yapen dan Biak sering berdatangan ke tempat ini untuk melakukan barter dengan penduduk setempat.  Orang Ansus Yapen misalnya, menyebut pulau itu dengan nama Nupowai. 


Pada bagian ini, kita akan berfokus pada pelayaran orang Numfor Doreri, yang mana sejak dahulu mereka juga dikenal sebagai pelaut tangguh dalam mengarungi lautan, mereka juga adalah pedagang dan perompak. Cukup banyak catatan tertulis tentang kehidupan mereka di masa lalu. Kemudian kelompok suku inilah yang belakangan melakukan kontak dengan dengan dua misionaris asal Jerman Ottow dan Geissler di pulau Mansinam Manokwari pada tahun 1855. 

Dengan perahu Tababeri mereka yang besar, mereka mampu menjangkau beberapa wilayah di pesisir tanah Papua hingga ke bagian Timur Nusantara. Berikut ini adalah teks berbahasa Numfor Doreri yang memuat tentang pelayaran orang Numfor di kepulauan Maluku: 

”Numforsi sbores be Rain. Oso ro si, imar ro Rain, ma seraki. Snon bemar ani snoriyo Morimpi. Serak i ro swan, Ingu oso ryama, ma dun snon bemar bukor byedi, dorni. Dorni kwar, in ani iyar ro Rain be Mnsower, ro Mnsower be Sarawati, ro Sarawati, be Doreri, ro Doreri be Numfori. Ingu iyar fanam rum bo dore, ”Meser mgowaf aya ro der. Bero rum sya skandor bo sikofen, “Rosai imbe ikofeni?”. Bape meser ya kawasa, si waf ro der, Ingu ryama, byayorem Morimpi bukor byedi ma Morimpi snari dun ifa derak i ro Numfori.”—disadur dari teks bahasa Numfor, tahun 1908

Penggalan cerita dalam teks berbahasa Biak diatas, merupakan salah satu kisah masa lalu yang mengisahkan perjalanan pelayaran orang Numfor (Biak), dimana orang-orang Papua dari pulau Numfor ini, berlayar hingga tiba di pulau Seram Maluku. Setibanya mereka di pulau Sup Rain (pulau Seram), salah seorang dari mereka meninggal. Dia bernama Morimpi. Mereka menguburnya di pulau Seram. Kemudian ikan Ingu (mungkin ikan lumba-lumba? atau ikan Paus?) datang dan kemudian menelan kepala tengkoraknya Morimpi. Ikan Ingu kemudian membawa kepalanya Morimpi ke Mnsower (nama untuk menyebut Misol Raja Ampat), Sarawati (nama untuk menyebut Salawati Raja Ampat), kemudian ke Doreri (Manokwari), dari Doreri ikan itupun tiba di Numfori (pulau Numfor). Setelah itu, ikan Ingu menyampaikan pesannya kepada masyarakat Numfori untuk berkumpul di sebuah lubang, setelah orang-orang berkumpul ikan Ingu (Inggu) kemudian memuntahkan kepalanya Morimpi. Ibu Morimpi kemudian mengubur kepala anaknya di pulau Numfor (Mios Numfori).   

1. Sup Rain: Sebutan orang Biak Numfor untuk menyebut negeri/pulau Seram di Maluku

2. Mnsower: Sebutan orang Biak Numfor untuk menyebut pulau Misol, Raja Ampat Papua

3. Sarawati: Sebutan untuk menyebut pulau Salawati Raja Ampat Papua

4. Doreri: Sebutan untuk menyebut lautan dan tanah Manokwari Papua Barat

5. Numfori: Sebutan orang Numfor dan Biak untuk menyebut pulau Numfor  

Cerita mengenai orang Numfor yang sampai di pulau Seram ini, tidak diketahui pelayaran mereka ini mulai ada sejak kapan. Dalam catatan Dr. Kamma, bahwa orang Numfor telah berlayar sampai ke kepulauan Maluku pada pertengahan abad ke-15 atau pada periode sekitar tahun 1401-1500 AD. Hubungan kontak mereka dengan dunia luar juga terekam dalam berbagai cerita tutur mereka. 

Konon "Berabad-abad yang lalu datanglah armada dari Kem (Gebe), Jailolo dan Sup Rain (Seram) untuk menaklukkan kepulauan Irian. Beribu-ribu orang dibunuh, atau ditangkap dan kemudian diboyong sebagai budak. Armada ini menyerang juga Numfor, di mana banyak orang telah tewas, tetapi Yewun Beba berhasil membunuh panglima armada dengan tembakan panahnya, dan setelah itu seluruh armada mengundurkan diri. Karena yakin akan mendapat pembalasan, Yewun Beba pun mempersiapkan armada yang besar, dan mencari musuhnya. Ia menjumpainya di kepulauan Raja Empat (Sup Amber: pulau orang-orang asing). Ketika panglima armada yang kuat ini akan menembak Yewun, yang terakhir ini telah mendahuluinya dan anak panahnya masuk ke dalam laras senapan sebelum pelatuk ditarik. Orang terpesona oleh peristiwa ini, maka diputuskanlah untuk berdamai. Kemudian diadakan tukar-menukar tali pancing dan tiang kapal, dan dengan ini perdamaian pun disahkan, dan kembalilah armada-armada itu ke pangkalan masing-masing". (Kamma, 1981:70)   

Lalu lintas pelayaran orang Numfor Doreri ke berbagai wilayah menunjukkan bahwa mereka merupakan salah satu pelaut ulung di masa lalu. Pelayaran mereka ini membuat mereka telah mengenal dunia luar dan tak sampai disitu, ini membuat mereka juga mempelajari hal-hal baru termasuk bahasa dan menyerap banyak budaya luar. Nah, sehubungan dengan bahasa misalnya, tercatat bahwa pada tahun 1775, orang Mansinam bernama Mambeway (Yoel) bisa berbicara bahasa Melayu dengan para pedagang di teluk Doreri. Banyak cerita tutur yang di compare dengan catatan tertulis saling melengkapi eksistensi dari orang Numfor Doreri di masa lalu. 

NAMA PAPUA DALAM PETA PULAU SERAM

Pada peta pulau Seram tahun 1747, terdapat nama Papoewas atau  Papua.  Sebagaimana dalam banyak manuskrip-manuskrip tua, hubungan-hubungan kontak dagang sudah terjadi antara orang Papua dan orang Seram di masa lalu. Salah satu tempat yaitu Waru. Kampung Waru ini dulu merupakan tempat berkumpulnya perompak Papua dan sebagian orang Banda yang telah menetap disitu. Orang-orang Papua dan penduduk disana pernah di hukum Kompeni pada tahun 1653. Salah satu pemicunya karena aktifitas perompakan yang di lakukan perompak Papua. 

“Lokasi yg dilingkari sekarang letaknya di sekitaran Kecamatan Teluk Waru. Kecamatan ini pemekaran dari Kecamatan Bula. Desa paling raya adalah Waru. Hasil cerita-cerita dengan beberapa orang tua di Misool Selatan beberapa waktu lalu, migrasi orang Seram ke Raja Ampat dan khususnya di Misool adalah dari wilayah ini, termasuk Bula, Waru sampai ke Geser dan Gorom. Hubungan orang-orang  asli Misool sudah lama dengan mereka yang dari Seram ini. Sudah lama sekali. Bahkan sudah jadi 'tuan tanah' di sana akibat kawin campur. Dan di sana pun kontak dengan orang-orang Biak sangat sering terjadi. Itulah mengapa di Jefman banyak orang bermarga Biak khususnya yang Muslim bisa berbahasa Misool.”—Trifosa Marpaung

Post a Comment for "PELAYARAN MASA LALU ORANG NUMFOR KE PULAU SERAM MALUKU"