KISAH BURUNG KASUARI DI NEGERI CHINA PADA MASA DINASTI QING - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH BURUNG KASUARI DI NEGERI CHINA PADA MASA DINASTI QING

Lukisan burung Kasuari, tahun 1700-an, di Istna Qing


KASUARI BURUNG YANG MELAMBANGKAN KESATRIAAN

BURUNG Kasuari merupakan salah satu burung fenomenal di tanah Papua. Cerita di balik burung Kasuari ini, memiliki banyak filosofi tentang kehidupan orang Papua itu sendiri. Tak heran, jika kasuari merupakan lambang kepahlawan, lambang keperkasaan orang Papua di masa lalu. Legenda ataupun mitos-mitos tentang burung Kasuari pun banyak terdapat pada suku-suku di tanah Papua.  

Burung Kasuari juga sejak lama telah di manfaatkan oleh orang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Misalnya, dagingnya untuk dikonsumsi, bulunya di gunakan sebagai aksesoris dan tulangnya di gunakan sebagai alat berburu, berperang. Beberapa suku di Papua menggunakan tulangnya sebagai mata tombak dan pisau. Bulunya sebagai hiasan kepala, anyaman noken, dan pada haluan-haluan perahu orang teluk Cenderawasih sebagai hiasan pada patung Korwar (Amfyanir). 

Dalam legenda-legenda cerita rakyat bahkan Kasuari sebagai burung penyelamat. Memasuki tahun 1900-an, nama Kasuari banyak di gunakan pada berbagai media, di gunakan sebagai simbol kekuatan, nama kapal, bahkan gambarnya di gunakan pada mata uang.    

ASAL USUL NAMA KASUARI

Sebelum membahas lebih jauh tentang burung yang mendunia ini, terlebih dahulu kita telusuri asal muasal nama "Kasuari". Selain terdapat di pulau Papua burung Kasuari juga terdapat di daerah Maluku, pulau Seram dan benua Australia. Ada dua nama yang di gunakan sejak lama yaitu Kasuari dan Emu (emo, eme). Dulu kedua nama ini merujuk pada jenis atau bentuk yang memiliki kemiripan dalam genus Dromaius. Pada abad ke-18, kedua nama ini sering digunakan secara bersamaan untuk menyebut Emo di Australia dan Kasuari di Papua, Seram. 

Di wilayah Nusantara, nama Kasuari lebih sering digunakan ketimbang nama Emu/Emo. Nama Kasuari ini saking terkenalnya, kemudian diserap kedalam bahasa Melayu dan kini bahasa Indonesia. Nama kasuari kemungkinan besar berasal dari tanah Papua. Sebab nama ini memiliki kemiripan dengan beberapa bahasa daerah di Papua, kemudian secara akar kata bisa di jelaskan. Sedangkan bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia tidak bisa menjelaskan etimologi katanya. 

Dalam bahasa-bahasa di Papua misalnya, bahasa Biak menyebutnya dengan nama Mansuar (Manswar).  Ada beberapa bahasa di Papua yang penamaannya sama dengan bahasa Biak. Misalnya, bahasa Wandamen: masuar, masua; bahasa Waropen Kai: Sara/saro; bahasa Mor: tuar,  bahasa Ambai: mansari/ maunsari. 

Dalam bahasa lain di Papua, misalnya bahasa Teminabuan (Sorong selatan):
Simat. Bahasa Meyah (Manokwari): Inonsa. Bahasa Mee: Budaa, Bahasa Wambon (Boven Digul): Itit/Sanip, bahasa Muyu (Boven Digul): Niap, Bahasa Mappi: Kojhuu, bahasa Irarutu (Kaimana): Jamuu (Jamu), Bahasa Maybrat: Rukair, bahasa Atam: Apmdiy, bahasa Nduga: Saro, bahasa Mairasi (Kaimana): Somia, bahasa Asmat: Pi. 

Selain bahasa di Papua, bahasa di luar Papua misalnya bahasa Lampung, menyebutnya burung Suwarei (Suwari) yang terdapat dalam adat orang lampung.

DI SUKAI RAJA DINASTI QING

Kaisar Qianlong (乾隆帝) (Hongli) yang memerintah Dinasti Qing, yang secara resmi memerintah dari tahun 1736-1795 merupakan salah satu kaisar pencinta burung Kasuari yang kemungkinan berasal dari Papua ataupun Seram, Aru (Maluku). Meski, suka pada burung Kasuari, kaisar Tiongkok ini, sebenarnya tidak mengetahui bahwa burung ini berasal dari ujung timur nusantara. Dia memerintahkan para pelukis profesional untuk melukis burung Kasuari menghiasai istana Kekaisaran. Selain lukisan atau gambar Kasuari ditambahkan pula beberapa deskripsi mengenai burung Kasuari. 

Lukisan atau prasasti tersebut disebut sebagai Kumpulan Puisi Kekaisaran atau Yong Emo Niawo Shiyun (詠額摩鳥十韻) kedua prasasti berupa lukisan dan manuskrip di buat pada tahun 1774. Di istana Qing, Kaisar Qianlong, sangat tertarik pada burung Kasuari, sampai-sampai dia memerintahkan agar dilukis pada dinding Kerajaan, dua gulungan gantung, dan album kekaisaran. 

Burung-burung di tanah Papua maupun Maluku, memiliki keindahan yang sangat mengagumkan, mempesona, dan indah. Salah satu keunikan tanah Papua dan Maluku adalah flora dan fauna yang banyak di incar penguasa-penguasa dunia pada masa lalu.

Post a Comment for "KISAH BURUNG KASUARI DI NEGERI CHINA PADA MASA DINASTI QING"