Sistem Religi dan Alam Pikiran Suku Maybrat - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sistem Religi dan Alam Pikiran Suku Maybrat

orang Maybrat


Menurut kepercayaan asli suku Mey Brat di alam ini terdapat berbagai mahluk halus dan kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Mahluk-mahluk halus dan kekuatan gaib itu dianggap dapat berbuat sesuatu terhadap manusia, diantaranya ada yang berbuat baik dan ada yang berbuat jahat menurut sifat masing-masing. Sebagiar besar dari mahluk-mahluk halus itu dianggap berasal dari roh orang yang sudah mati dan yang lainnya adalah mahluk-mahluk halus yang sakti yang telah ada di alam ini sebelum ada manusia dan yang dianggap sebagai tokoh dewa yang menciptakan alam beserta segala isinya serta memberikan pengetahuan pada manusia. 

Dalam dongeng-dongeng mitologi orang Mey Brat di ceritakan, bahwa alam serta segala isinya diciptakan oleh suatu mahluk gaib yang mempunyai kekuatan maha sakti bernama Suiwa. Mahluk tersebut berada di langit, di atas awan dan ia mempunyai sifat suka menari. Apabila mahluk itu ingin menciptakan sesuatu, maka ia menari dan pada waktu ia menari apa yang ingin diciptakannya menjadi terwujud, Suiwa mempunyai saudara bernama Mafif tetapi tempatnya bukan di atas awan melainkan di bumi. Mafif disuruh oleh Suiwa tinggal di bumi untuk memelihara Ciptaan Suiwa dan memberikan pengetahuan kepada manusia mengenai segala hal yang diperlukan dalam hidupnya, seperti pengetahuan bertani, berburu, membuat api, membuat rumah, berperang, mengobati penyakit, membuat guna-guna, memberikan aturan-aturan adat, cara-cara menyelenggarakan upscara, dan lain-lain. Berbeda dengan Suiwa yang suka menari sambil bekerja mencipta, maka Mafif biasa berjalan lamban, teliti dan hati-bati dengan mempergunakan tenaga dan pikiran sehingga hasilnya baik dan rapi. Kedua tokoh mahluk sakti tersebut dihormati dan disegani tetapi sekaligus ditakuti karena kalau marah dapat mendatangkan mala petaka bagi manusia, yaitu dengan menimbulkan bencana alam, wabah penyakit atau malapetaka lainnya yang tidak bisa diatasi oleh manusia. 

Dalam alam pikiran orang Mey Brat manusia bisa hidup (bergerak, mendengar, bersuara, melihat, mencium, dan merasa) karena di dalam tubuhnya ada nae (jiwa). Meskipun nae berada dalam tubuh namun nae tidak terikat pada tubuh, sehingga sewaktu-waktu bisa keluar dari tubuh untuk sementara atau selamanya. Nae dari tubuh dalam bentuk nawian (bayangan) yang dapat berkeliaran ke mana-mana. Kalau nae sedang ke luar maka tubuh yang ditinggalkannya tidak bisa berbuat apa-apa dan panca inderanya tidak bisa berfungsi. Nae dianggap ke luar untuk sementara pada waktu seseorang sedang pingsan atau sedang tidur bermimpi, dan oleh karena itu orang pingsan tidak boleh disadarkan dengan paksa atau orang tidur nyenyak tidak boleh dibangungkan dengan tiba-tiba agar nae yang sedang keluar dapat kembali ke dalam tubuh. Apabila nae ke luar untuk selamanya, maka tubuh yang ditinggalkannya mati dan lama kelamaan menjadi busuk dan hancur, sedangkan nae berubah menjadi kabes (roh). Kabes dari orang yang meninggal karena usia lanjut akan segera pergi ke tabam moboh (tanah putih) untuk bergabung dengan para tagu (arwah nenek moyang). Tabam moboh yang dianggap sebagai tempat tinggal arwa nenek moyang dibanyangkan sebagai Suatu negeri yang kekal dan abadi dimana para arwah hidup senang dan bahagia selama-lamanya. 

Adapun kabes dari orang yang meninggal sebelum lanjut usia tidak bisa masuk ke tabam moboh melainkan tetap berada di alam sekitar manusia dan mendiami tempat-tempat tertentu, seperti gua-gua yang dalam, jurang-jurang yang dalam, tebing-tebing yang sangat terjal, pohon-pohon yang sangat rindang dan besar, lubuk-lubuk sungai dan danau. Kabes dapat menjelma dalam wujud berbagai jenis binatang: kelelawar, burung gagak, burung hantu, babi hutan, buaya, kadal, ular, kepiting, dan lain-lain: dan sering berkeliaran kian-kemari terutama pada malam hari. Kabes dari orang yang meninggal secara tidak wajar (mati mendadak, terbunuh, mati hanyut, mati tenggelam, mati jatuh dari tempat ketinggian, mati melahirkan, dipatuk ular) pada umumnya ditakuti oleh masyarakat karena dianggap suka mengganggu dan berbuat hal-hal yang merugikan manusia.

Di dalam masyarakat Mey Brat dikenal orang-orang tertentu yang dapat berhubungan dengan dunia gaib, yaitu orang-orang yang mempunyai keahlian dan kekuatan magis. Orang yang dapat berhubungan dengan: dunia gaib ada beberapa golongan tetapi secara keseluruhan disebut dengan istilah wofle. Di antara para wofle ada yang disebut ratochmi dan ra uon, yaitu orang-orang keagamaan seperti upacara inisiasi, upacara - mengusir roh-roh jahat, upacara menyuburkan kebun, upacara menolak bencana, dan sebagainya. Ada diantara para wofle yang disebut bofit, yaitu orang-orang yang menjadi dukun yang dapat mengobati penyakit dengan ramuan-ramuan dan kekuatan gaib. Ada pula dari antara para wofle suatu golongan yang disebut bo mbaw, yaitu orang-orang yang dapat membuat gunaguna hobatan untuk membunuh, menyakiti atau mempengaruhi orang lain. Orang-orang yang menjadi wofle mendapat pengetahuan mereka melalui suatu pendidikan khusus di suatu lembaga pendidikan tradisional yang disebut wion (rumah berhala), tetapi lembaga tersebut sudah dihapuskan oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1967 sehingga sejak itu jumlah para wofle semakin berkurang, dan pada masa sekarang hanya tinggal beberapa orang yang masih hidup. 

Disamping para wofle ada golongan orang-orang tertentu yang mempunyai ilmu gaib yang sangat ditakuti oleh masyarakat Mey Brat, yaitu orang-orang yang disebut kabes fane. Orang-orang tersebut dianggap sebagai dukun tenung yang mempergunakan kekuatan gaib untuk membunuh orang lain. Kabes fane dianggap sebagai manusia penjelmaan roh jahat/setan yang suka mengisap darah manusia dan kebanyakan yang menjadi kabes fane terdiri dari wanita. Orang yang menjadi kabes fane dianggap dapat berubah wujud menjadi seekor binatang, dan dalam wujud itulah dia berkeliaran mencari mangsanya pada waktu siang atau malam hari. Oleh karena adanya ketakutan terhadap kabes fane tersebut, maka pada umumnya orang Mey Brat takut berjalan sendirian di tempat yang sepi  dan takut keluar rumah di malam hari.

Catatan ini menjadi gambaran bagaimana masyarakat Papua di zaman dulu memiliki berbagai sistem religi. Tradisi-tradisi mulai menghilang ketika masyarakat Maybrat mulai mengenal agama. Kepercayaan suku Maybrat ini memiliki kemiripan dengan kepercayaan suku Biak. Suku Biak mempercayai apa yang disebut "nin/nenien" atau bayangan jiwa. Kata ini memiliki kemiripan pada kata "nawian" pada suku Maybrat yang memiliki arti bayangan.  

Sumber:
Tulisan ini dikutip sepenuhnya dari buku Upaca Tradisional  Lingkaran Hidup Suku Meybrat dan Suku Dani di Daerah Irian Jaya, 1981/1982 

Post a Comment for " Sistem Religi dan Alam Pikiran Suku Maybrat"