UPACARA MASA KEHAMILAN SUKU MEYBRAT - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

UPACARA MASA KEHAMILAN SUKU MEYBRAT


Upacara adat yang diselenggarakan oleh orang Mey Brat pada masa kehamilan, disebut Morus Tere atau kadang-kadang disebut juga Mach Tere (morus - melepaskan) memotong-motong, tere = gelang). Nama tersebut merupakan kiasan yang mengandung makna: membebaskan si wanita yang mengandung dan bayi dalam kandungannya dari pengaruh-pengaruh kekuatan gaib yang ada disekitariya. Pengaruh kekuatan gaib itu diibaratkan sebagai gelang (yang biasa dipakai oleh orang Mey Brat sebagai hiasan pada tangan maupun kaki) yang dapat mengganggu peredaran darah kalav orang yang memakainya bervambah, besar atau bertambah gemuk, sehingga perlu dilepas atau dipotong agar tidak membahayakan bagi orang yang memakainya. 

Upacara Morus Tere hanya dilakukan sekali (tanpa) tahap penyelenggaraan) bagi suatu kehamilan, bahkan akhirakhir ini upacara tersebut tidak lagi merupakan kebiasaan untuk diselenggarakan pada setiap kehamilan kecuali pada kehamilan anak pertama. 

Menurut kepercayaan asli orang Mey Brat apabila seorang wanita hamil, maka ia dan bayi dalam kandungannya menjadi sasaran dari kekuatan-kekuatan gaib yang jahat yang dapat membahayakan bagi si wanita dan kandungannya. Kekuatan-kekuatan gaib itu tidak hanya berasal darj mahluk-mahluk halus yang ada di sekitar manusia, tetapi juga berasal dari "mulut panas" seseorang yang berupa caci maki, sumpah serapah atau membuang ludah sebagai pelampiasan ken.arahan terhadap orang lain. Mulut panas bisa terjadi sebagai akibat adanya sesuatu masalah, misalnya perkelahian, rasa sentimen, persoalan mas kawin, dan lainlain dimana ada pihak yang merasa dendam dan melampiaskannya dalam bentuk kata-kata umpatan atau meludah sebagai sumpahan terhadap pihak tertentu. Kata-kata umpatan dianggap mempunyai kekuatan gaib yang disebut fitog demikian juga meludah sebagai sumpahan dianggap mempunyai kekuatan gaib yang disebut moon, yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik terhadap wanita hamil di pihak keluarga yang menjadi sasaran pembuatan itu. 

Guna mencegah pengaruh tidak baik dari kekuatankekuatan gaib tersebut (yang bisa berupa keguguran kandungan, perdarahan hebat pada waktu melahirkan, si wanita dan at:u bayi mati pada saat melahirkan, anak lahir dalam keadaan tidak normal, anak dalam kandungan akan menjadi mahusia yang berkelakuan tidak baik, dan sebagainya), maka diadakan upacara Morus Tere/Mach Tere. Maksud lain dari upacara itu adalah sebagai pengesahan dari kemisalan si wanita yang bersangkutan dan juga dimaksudkan s#bagai saat untuk melunasi kekurangan dari jumlab mas kawin dari keluarga pihak suami kepada keluarga pihak isteri, sekaligus memohon maaf jika ada perbuatan ataupun kata-kata yang pernah menyakitkan hati dari keluarga pihak suami terhadap keluarga pihak isteri sehingga menimbulkan "mulut pasan" di keluarga pihak isterk Dengan diselenggarakannya upacara itu, maka diharapkan si wanita yang mengandung, demikian juga kandungannya, akan selamat melalui saat-saat krisis dan diharapkan pula bahwa anak yang akan lahir menjadi manusia yang sempurna fisik dan akan berkelakuan serta bernasib baik kelak dikemudian hari. 

Upacara Morus Tere diadakan tanpa menggunakan perhitungan waktu (hari atau bulan) tertentu, tetapi tergantung pada keluarga yang berkepentingan. Biasanya upacara diadakan setelah diketahui dengan pasti bahwa si wanita telah hamil (melalui tanda-tanda fisik pada tubuh si wanita : perut sudah besar, pinggul melebar) dan untuk menentukan kapan akan diadakan upacara biasanya diadakan perundingan antar orang-orang tua dalam lingkungan keluarga luas extended-famil pihak suami. 

Upacara biasanya diselenggarakan pada pagi hari, di mulai ketika matahari sedang menyingsing. Kebiasaan memulai upacara pada waktu matahari sedang menyingsing didasari oleh anggapan masyarakat, bahwa fajar menyingsing merupakan permulaan dari suatu hari yang baru dan sinar matahari pagi serta udara pagi memberikan ketentuan baru bagi mahluk hidup setelah melewati udara dingin dan suasana mati di malam hari. Oleh karena upacara dimulai pada waktu fajar maka biasanya para peserta upacara dari kampung-kampung lain yang jauh sudah datang pada hari sebelumnya. 

Yang menyelenggarakan upcara Morus Tere menurut adat orang Mey Brat adalah keluarga pihak suami dari wanita yang hamil dan oleh sebab itu upacara harus diselenggarakan di kampung keluarga pihak suami (meskipun ada kemungkinan bahwa suami-isteri yang berkepentingan tidak bertempat tinggal di sana melainkan di kampung lain, misalnya di kampung keluarga pihak si isteri). 

Upacara dilaksanakan di depan rumah dari keluarga yang berkepentingan atau di depan rumah dari orang tua si suami, yaitu di beranda atau para-para yang sengaja dibangun di depan rumah dengan rumah. Dilaksanakan di depan rumah dengan maksud agar yang hadir dapat menyaksikannya, sebab kalau di dalam rumah tidak mungkin dapat disaksikan oleh semua hadirin karena rumah pada umumnya berukuran kecil.

Tempat upacara kadang-kadang dihias dengan dekorasi sekedarnya menggunakan bahan-bahan yang tersedia, antara lain daun-daunan dan bunga-bungaan dengan maksud agar kelihatan semarak; tetapi kebanyakan penduduk tidak menggunakan dekorasi apa-apa selain menyediakan tempat duduk bagi para tamu berupa tikar yang terbuat dari daun pandan atau bahan lain agar para tamu tidak duduk di atas tanah di halaman rumah tempat upacara. 

Tulisan ini disadur dari buku Upacara Tradisional Lingkaran Hidup Suku Meybrat dan Suku Dani di Daerah Irian Jaya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981/1982)

Post a Comment for "UPACARA MASA KEHAMILAN SUKU MEYBRAT"