KEHIDUPAN DAN MATA PENCAHARIAN ORANG BIAK TEMPO DULU - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KEHIDUPAN DAN MATA PENCAHARIAN ORANG BIAK TEMPO DULU

orang biak
Seorang Nelayan Byak




Oleh Drs. Lamech Ap, dkk

Masyarakat Biak atau biasa disebut sebagai orang Biak seperti sudah disebut, umumnya bertempat tinggal di tepi-tepi pantai. Oleh karena itu mata pencarian mereka yang utama adalah sebagai pencari ikan. Biasanya dikalangan masyarakat itu sudah ada pembagian kerja, yaitu mencari kerang di atas batu-batu dan menangkap ikan di bagian tepi-tepi pantai adalah pekerjaan anak-anak dan kaum wanita, Sedangkan kaum laki-laki dewasa berlayar ke tengah laut untuk menangkap ikan yang lebih besar. 

Alat-alat penangkap ikan yang digunakan oleh orang-orang Biak ada bermacam-macam. Guna menangkap ikan di tepi pantai dipakai alat yang disebut pam atau Riken, yaitu sejenis tangguk dengan lebar lebih kurang satu meter dan panjang satu meter. Selain itu ada alat lain yang menyerupai atau sejenis pukat dan disebut pam papos. Alat ini berukuran lebar kurang dua meter dan panjang lebih kurang lima meter. Umumnya jenis pukat semacam ini dibawa dengan perahu ke tempat yang agak jauh dari pantai. Di daerah kecamatan Biak Timur, alat ini biasanya digunakan di lautan sekitar kepulauan Padaido. 

Di daerah lain dipakai alat yang disebut Rumur, jala penyu. Alat ini lebarnya lebih kurang dua sampai empat meter dan tali-tali yang digunakan dijalin dengan kuat serta kukuh; lubang pada pukat ini berdiameter 15 centimeter. Selain ikan-ikan yang lebih besar, seperti ikan tuna dan cakalang, pukat atau jala penyu digunakan pula untuk menangkap ikan-ikan yang lebih besar lagi, misalnya hiu dan lain-lain. 

Tombak ikan (Manorra) juga dikenal oleh orang Biak. Tombak ini dibuat dari bambu yang diraut halus dengan panjang lebih kurang satu meter dan bagian ujung diberi dua sampai tiga besi baja runcing yang berfungsi sebagai mata tombak. Tombak semacam ini digunakan pada waktu air laut tenang dengan cara tombak dipancang dalam air. Sementara itu penangkap ikan (nelayan) menunggu dan mengawasi kalau-kalau ada ikan yang melintas. Bila ada ikan melintas tepat diujung tombak, penangkap ikan segera menusukkan tombaknya, Manorra jenis kecil hanya dipakai sebagai tombak pelempar (Anis Budjang 1963:177) 

Ada sejenis alat untuk menangkap belut laut yang dibuat dari rotan, berbentuk menyerupai bola, berpenampang lebih kurang satu meter dengan lubang yang cukup besar terletak di bagian bawah, Jenis pancing juga terdapat atau dikenal oleh orang Biaks umumnya, dahulu, mata kailnya (Sarfedin) dibuat sendiri: begitu pula dengan tali pancingnya. Tetapi saat sekarang semua sudah dapat dibeli. 

Satu alat pancing yang agak khusus, dikenal oleh orang Biak, disebut Awiuwer. Alat pancing ini setelah diberi umpan, kemudian pancing tersebut ditinggalkan mengapung semalam, baru keesokan harinya pengail datang kembali untuk melihat hasilnya. Di tempat lain dikenal pula alat yang disebut mere yang dibuat dari lidi daun sagu yang disusun dan kemudian diikat sehingga berbentuk kerucut. Pengunaan alat ini, yaitu dengan meletakkannya di depan lubang batu karang sehingga bila ikan keluar dari dalam maka ikan itu akan masuk ke dalam mere dan tidak dapat keluar lagi. 

Menurut orang-orang Biak-Numfor, agar penangkapan ikan berhasil harus dilakukan bermacam-macam upacara ritual. Masyarakat Biak-Numfor selain hidup sebagai penangkap ikan, mereka juga melakukan kegiatan lain di darat, beternak, berburu, dan berladang. Orang-orang Biak mempunyai anggapan bahwa beternak tidak begitu penting. Di daerah selatan penduduk Marauw memelihara babi dan di Biak Utara umumnya ayam yang dipelihara. Babi yang terdapat di kampung-kampung biasanya berasal dari anak babi celeng yang ditangkap sewaktu berburu dan kemudian dipelihara dirumah. Kaum wanita ditugaskan untuk memelihara babi-babi tersebut, seorang pria tidak akan pernah berani menjual babi-babi itu tampa sepengetahuan istrinya.

Cara lain yang biasa dilakukan oleh orang Biak dalam hal mencukupi protein hewani mereka adalah berburu binatang. Sering terjadi mereka mendapatkan hasil yang cukup karena kecakapan mereka, dan bukan semata-mata karena kehebatan alat berburu yang mereka gunakan (Ibid 1963: 118). Binatang buruan mereka bermacam-macam jenis seperti: babi, kuskus, ular, dan beberapa jenis burung. Babi dibunuh dengan lembing dan anak-anaknya diambil serta dibawa kerumah untuk dipelihara. Kuskus dipaksa keluar dari persembunyiannya dengan menggoncang-goncangkan pohon pakis yang biasanya dijadikan tempat sembunyi. Setelah keluar kuskus ini dibunuh dengan mengunakan parang juga digunakan oleh masarakat Biak untuk membunuh aiduri (ular pohon hijau) setelah ia keluar dari tempat sembunyi karna digoncang-goncang. sedangkan beberapa jenis binatang ditangkap dengan menggunakan jala atau dibunuh dengan memakai panah. 

Berladang atau bercocoktanam akan dilakukan oleh masyarakat setelah bintang Swakoi (orion) hilang dari pandangan. Kemudian pada masa ini akan dicoba ditanam beberapa macam tanaman dan akan dipantau oleh mereka tanaman jenis apa yang membawa hasil paling baik. Bila penanaman berhasil, maka orang akan menegakkan batu di kebun untuk menandai keadaan itu. Jenis-jenis tanaman yang ditanam di kebun dengan kondisi tanah yang tidak begitu subur antara lain bermacam-macam umbi-umbian, sedangkan tanaman pisang dan tebu ditanam di halaman rumah. Kebun umbi-umbian letaknya hampir semua agak jauh dari desa, kadang-kadang masyarakat membuka ladangnya di belakang gunung dan di lembah curam yang sempit. Ada satu jenis tanaman dan sangat tergantung pada musim, yaitu tanaman sejenis kacang-kacangan berwarna merah. 

Di daerah Biak sangat sedikit orang bertanam tembakau. Hal ini disebabkan keadaan tanah yang kurang subur. Bila musim kering telah berlalu, kebun-kebun dibersihkan. Semua rumput-rumput dan semak-semak yang tidak berguna dibakar. Kemudian setelah bersih orang mulai bertanam. 

Sumber Pustaka:
Artikel ini disadur dari buku Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pulau Biak dan Wamena Propinsi Irian Jaya, 1991/1992

Post a Comment for "KEHIDUPAN DAN MATA PENCAHARIAN ORANG BIAK TEMPO DULU"