CERITA RAKYAT MUNCULNYA BAHASA-BAHASA DI PAPUA - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CERITA RAKYAT MUNCULNYA BAHASA-BAHASA DI PAPUA

    

Menara Babel
Rumah Adat Tobati, 1800-an



PULAU PAPUA, PULAU 1000 BAHASA

Pulau Papua, menyimpan banyak misteri kehidupan orang Papua di masa lampau, baik asal usul manusia Papua, bahasa maupun hal-hal unik lainnya. Wilayah Papua sampai Papua Nugini, terdapat hampir 1000 bahasa, yang menjadi sebuah misteri, kapan munculnya keberagaman bahasa-bahasa tersebut. 

Setiap suku bangsa yang mendiami tanah Papua memiliki bahasanya sendiri. Masa kini, ada banyak penelitian yang dilakukan tentang bahasa-bahasa Papua, yang telah diteliti oleh pakar linguistik sejak tahun 1700-an, dan terus diteliti hingga hari ini. 

Dalam berbagai penelitian tentang bahasa, para pakar melakukan penyelidikan tentang bahasa di pulau Papua bahwa setiap bahasa saling berkaitan satu sama lain. Bahkan dalam beberapa bahasa ada bahasa yang sama sekali berbeda. 

Muncul sebuah pertanyaan yang menggelitik, 'Mengapa pulau Papua memiliki beragam bahasa?' Dan bagaimana awal mula bahasa yang begitu banyak ini? 

Pertanyaan-pertanyaan ini,  mungkin bukan baru ditanyakan pada generasi masa kini? Tetapi sejak lampau pertanyaan ini juga menjadi perbincangan orang Papua ratusan hingga ribuan tahun yang lalu. 

Pada masa lampau, orang-orang Papua tidak mengenal sistem aksara dalam bentuk tulisan, internet, atau media komunikasi seperti yang kita gunakan sekarang. Untuk menjawab pertanyaan di atas, mereka sangat mengandalkan cerita tutur atau legenda, mitos untuk menjawab setiap rasa penasaran mereka tentang suatu hal, boleh dibilang "googlenya" orang Papua pada jaman dulu adalah leluhur-leluhur yang mampu menguraikan sebuah cerita. Mereka sanggup menurunkan kisah-kisah epik itu melalui memori kolektif mereka, yakni dengan mengingat cerita para leluhur mereka, kemudian mengembangkannya dalam bentuk sastra lisan, lagu, syair dan sebagainya. 

Ingatan-ingatan berupa mitos, legenda ini, diajarkan di sekolah-sekolah tradisional jaman dulu seperti Rum Sram (Abdares Snoman), Anio Sara, Honai (Hunai), Kariwari, Darma, Kombo, Rumra, Sema (Dama), Yameowa, Yew (Jew) dan rumah adat lainnya.  

Kembali ke pertanyaan di atas, "Mengapa ada begitu banyak bahasa di Papua?", Setiap kampung, setiap suku, setiap wilayah ada bahasanya sendiri. Menurut beberapa legenda, atau cerita tutur beberapa suku menuturkan bahwa pada awalnya sebenarnya mereka adalah suatu rumpun bangsa yang memiliki satu bahasa namun karena perselisihan dan tidak mau mengikuti petunjuk sang Pencipta akhirnya Yang Maha Kuasa membuat mereka memiliki banyak bahasa. 

CERITA RAKYAT ORANG PAPUA TENTANG TERBENTUKNYA BAHASA-BAHASA BARU

Buku Cerita Rakyat : Mite dan Legenda Daerah Irian Jaya, tahun 1979, memuat tentang sebuah cerita dari masyarakat Toror, mereka menyebutnya "Wloinw Whonggo Ikw" atau "Menara Wloin". 

Dikisahkan bahwa Pada suatu masa muncul seorang tokoh diantara orang-orang Toror, yaitu sebagai Alanflew (pemimpin). Orang itu bernama Wloin. Ia membangun sebuah rumah Taro (rumah dansa). Kemudian ia mengumpulkan seluruh orang yang ada pada waktu itu untuk berpesta. Setelah pesta itu berlangsung kurang lebih dua. purnama lamanya dan mendekati akhir, ia mengumumkan niatnya ”membangun sebuah menara ke langit”. 

Ia bertekad mengembalikan toror karena ia memandang owonm (hukum dan tata kehidupan) di bumi sudah semakin teratur. Semua orang bekerja tanpa kecuali. Dengan semangat waw wbili (kita membangun) mereka beramai-ramai, bahu-membahu, membangun menara itu. Masing-masing bekerja sesuai dengan tugasnya. Pekerjaan itu berlangsung dengan cepat dan cermat. Penebang pohon, pemotong bambu, peretas tali, perakit tangga, termasuk orang yang menyiapkan makanan dan minuman, masing-masing bertanggung jawab pada bidangnya.

Singkat ceritera, hari demi hari, menara semakin mencapai langit. Namun, ketika hampir tiba pada akhir, kekacauan terjadi. Suara dari awan menyuruh mereka bubar, tetapi tidak dihiraukan. Karena murkanya, Alan-Filik (supernatural penguasa langit dan bumi) meniupkan suara dan bahasa yang berbeda-beda kepada mereka. Orang-orang itu saling tidak mengerti apa yang diucapkan sesamanya. Terjadi saling berbantahan dan perkelahian.

Dari langit, Alan-Filik menurunkan gemuruh guntur, kilat, hujan lebat, dan gempa bumi. Sempurnalah kekacauan yang dialami orang-orang itu. Menara runtuh dan tidak sedikit orang yang ditimpanya hingga mati. Yang masih hidup, pergi menyelamatkan dirinya masing-masing, yang tertinggal di tempat itu hanya seorang perempuan hamil. Perempuan itu kemudian melahirkan seorang anak laki-laki. Setelah dewasa, anak laki-laki itu mengawini ibunya. Dari perkawinan itu lahirlah keturunan yang hingga sekarang masih hidup di kawasan ini. Tempat peristiwa itu sekarang dikenang dengan nama ”Wloinw Whonggo Ikw" (Wloi Memenarai Langit).

Legenda-legenda tentang terbentuknya bahasa-bahasa baru, suku-suku yang tersebar di seluruh tanah Papua ini, juga dapat dijumpai dalam berbagai legenda suku di Papua dengan nada yang sama tetapi di lokasi yang berbeda. Orang Teluk Cenderawasih (Yapen-Waropen, Biak-Numfor) mengenal sebuah cerita yang mengisahkan tentang terbentuknya bahasa dan migrasi manusia. Misalnya seperti legenda "Manusia menjelma menjadi Hewan", dan  "Peristiwa Bensiwor". 

Dalam salah satu narasi legenda orang Yapen-Waropen bahwa pada jaman dulu, penduduk gunung Tonater ini memustukan untuk membuat sebuah menara yang tingginya dapat mencapai bulan. Tujuan dari pembuatan menara ini adalah agar bisa naik ke bulan, untuk menemui bidadari di sana. Konstruksi Menara tersebut terbuat dari bambu dan ada tangganya. Setiap hari mereka sibuk membangun menara itu. Suatu hari mereka sibuk membangun menara itu, tiba-tiba menara itu rubuh banyak orang tertimpa menara dan mati selain itu bahasa mereka yang awalnya samapun berbeda. 

Dari peristiwa ini orang-orang berubah menjadi menjadi hewan. Ada yang jadi burung, babi, dan hewan lainya. Ada juga yang menjadi burung-burung kemudian membangun perahu dan mulai bermigrasi ke berbagai wilayah di teluk Cenderawasih. 

Ada juga cerita rakyat atau legenda mengenai  "Asal-Usul Persebaran Suku-Suku di Merauke".  Narasi dalam cerita rakyat inipun menceritakan tentang bahasa suku-suku yang tersebar di Merauke. Konon, seorang Kakek (Tete) yang di ciptakan Yang Maha Kuasa, tinggal bersama kedua anjingnya di suatu tempat. Singkat cerita, kedua ajing piaraan sang kakek menemukan pohon Warak (Enau). Setelah di lihat oleh Kakek tersebut ternyata pohon Warak itu di dalamnya mirip gedung bertingkat. Yang terdiri dari tujuh tingkat.  Sang kakek setelah membokar pohon itu, kemudian sang kakek membagi setiap suku yang memiliki bahasa-bahasa yang berbeda ke berbagai tempat yang sudah ditentukan. Narasi mengenai "Menara Babel" atau "Babilon" dan terbentuknya bahasa-bahasa baru, masih menjadi perbincangan yang ramai dibicarakan dari dulu hingga kini. Cerita ini hampir dijumpai oleh suku-suku bangsa yang mendiami seantero bola bumi. Masing-masing bangsa memiliki narasinya dan ceritanya sendiri. Para pakar sejarah, Arkeolog, bahasa dan masyarakat pada umumnya banyak meyakini bahwa ini bukan sekedar cerita fiksi. Mengingat banyak catatan-catatan kuno yang menegaskan tentang topik ini. Para arkeolog menemukan fosil bahasa yang berasal dari 5.000 tahun yang lalu, dimana lokasinya di Mesopotamia, kota Syinar kuno (kini Irak). 


Tulisan-tulisan kuno memungkinkan para ahli untuk membayangkan seperti apa itu, Menara Babel. Misalnya, salah satu tablet kuno yang disebut "Etemenanki Ziggurat" mengungkapkan tentang bentuk bangunan tersebut. Professor Andrew George yang meneliti tentang tulisan-tulisan Kuno Babilonia meyakini bahwa tulisan lempeng kuno itu adalah bangunan menara babel yang disebutkan dalam catatan Alkitab (lihat Kejadian 11:1-9).  

Inskripsi atau tulisan paku Nebukadnezar II untuk memperingati rekonstruksi Etemenanki, ziggurat di Babel. Tahun 604-562 S.M. Salah satu catatan orang Babilonia tentang pembangunan Menara Babel yang menyebabkan manusia memiliki bahasa yang berbeda-beda. Meskipun, orang Papua, tidak memiliki tulisan seperti orang Babilonia, namun Orang Papua mengabadikan cerita yang sama dalam bentuk mitos dan legenda. 

Selain tulisan-tulisan kuno, catatan Alkitab, ada juga cerita-cerita legenda lain yang diceritakan oleh suku-suku bangsa lain. Pada dasarnya, cerita-cerita ini memiliki narasi dan kesamaan tokoh, serta kesamaan cerita. Setiap suku menceritakannya sesuai dengan tempat dimana dia tinggal dan dibesarkan.

Orang Papua yang terdiri dari banyak suku memiliki cerita yang hampir sama dengan cerita Menara Babel. Orang Papua menceritakan sesuai keadaan alam, situasi, tempat di mana ia tinggal.

Post a Comment for "CERITA RAKYAT MUNCULNYA BAHASA-BAHASA DI PAPUA "