MANPISASYO, MOIBUR: Cenderawasih Numfor - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MANPISASYO, MOIBUR: Cenderawasih Numfor

   

Cenderawasih (Mampisasyo)
Manpisasyo, Cenderawasih Numfor


MANPISASYO, MOIBUR 

Burung Cenderawasih yang dijuluki Numfor Paradise Kingfisher – Tanysiptera carolinae, merupakan salah satu burung dalam keluarga Cenderawasih yang tidak kalah terkenalnya dari jenis-jenis Cenderawasih lainnya. Sebut saja seperti Manbefor (Manbesak), Manisai, Mankunbon dan jenis lainnya yang dikenal suku Biak. 

Burung ini dalam bahasa Biak-Numfor disebut Manpisaso (Mampisaso, Mampisasyo) atau Mampitosoi dalam dialek Raja Ampat. Orang Numfor menyebutnya Moibur (Moiwur). Burung ini akan ditemukan di kepulauan Biak dan Numfor. Burung Cekakak pita Numfor, ini sangat indah bentuk dan warnanya.

Warna khasnya adalah biru putih dengan dua ekor panjangnya. Sebenarnya burung ini tidak hanya terdapat di kepulauan Biak Numfor namun bisa dijumpai juga di beberapa tempat. 

Terdapat beberapa jenis burung Manpisasyo yang dibedakan dengan nama ilmiahnya Tanysiptera carolinae dan Tanysiptera galatea. Burung ini sudah diteliti sejak tahun 1800-an. Seperti Schlegel tahun 1871 dan G. R. Gray, tahun 1859. 

Salah satu lagu Sinan Wompere Mampisasyo masuk dalam syair lagu Biak, lagu ini terdapat dalam "Songger Berok (Seruling Nan Merdu) grup Manyouri. Sebagian lirik lagu itu "Manswar, Mambruk, Mampisasyo, Manwawa befamanggor sup ayedi, bur sesya sipyum sisnai farawriwek sfanai kayan sup ine". 

Lirik lagu di atas menceritakan tentang keindahan burung-burung di tanah Papua seperti burung Kasuari, Mambruk, Cenderawasih Numfor, Gagak yang menghiasi tanah Papua. Ada banyak jenis burung yang menghiasi tanah New Guinea. Baik yang telah diliti sampai yang belum diteliti. Tentu, burung-burung itu memiliki keunikan dan kelebihan-kelibihan tersendiri. 

Manpisasyo merupakan salah satu jenis burung Cenderawasih endemik Papua. Sebagaimana telah diketahui bahwa ada puluhan jenis burung Cenderawasih, baik yang terdapat di tanah Papua dan sekitarnya dan terdapat juga di kepulauan Maluku. 

Papua dan Maluku menyimpan banyak sekali habitat burung asli Cenderawasih. Penelusuran mengenai apakah Manpisasyo pada masa lalu juga diperdagangkan? Kemungkinan burung ini dulu juga diperdagangkan namun dalam jumlah kecil. Belum banyak bukti tertulis yang bisa diungkapkan tentang perdagangan burung tersebut. 

DALAM PERDAGANGAN

Orang Biak-Numfor pada masa lalu banyak melakukan perdagangan dengan pedagang-pedagang dari luar tanah Papua seperti orang China, orang Bugis, orang Makasar, orang Eropa, Orang Seram dalam melakukan barter. Burung Cenderawasih merupakan salah satu komoditi berharga yang sering ditukar orang Biak-Numfor dan pedagang-pedagang keliling. 

Para pedagang orang Papua, baik yang hidup digunung maupun di pesisir pantai biasanya saling bertukar atau barter. Orang Papua yang hidup di pegunungan atau daratan tinggi, akan menyediakan burung Cenderawasih dan ditukarkan dengan orang Papua di pesisir seperti orang Biak, Numfor, Wandamen, orang Yapen-Waropen kemudian mereka juga tukarkan dengan para pedagang keliling. 

Tak heran, hampir setiap jenis burung Cenderawasih dikenal dengan nama bahasa Biak. Banyak pedagang luar bahkan juga menyebut tentang burung Cenderawasih dalam bahasa Biak. Dan dalam berbagai literatur bahasa Belanda, Jerman, Inggris nama-nama burung dalam bahasa Biak tercatat pula. Manpisasyo burung yang indah, burung ini Anda bisa melihatnya di pulau Numfor dan pulau Biak. Di pulau Biak sendiri, burung ini jarang ditemukan dan tampaknya telah berkurang sebagaimana pada masa lalu. 

Banyak perlindungan hukum yang telah di buat pemerintah untuk melindungi burung endemik di Papua, sebab pada masa lalu banyak pemburu yang telah melakukan perburuan yang banyak mengurangi habitat burung tersebut. Pada masa Hindia-Belanda, sudah di buat peraturan-peraturan yang dikeluarkan. 

Sampai sekarangpun, pada masa Republik Indonesia, banyak juga undang-undangan yang dikeluarkan untuk melindungi satwa liar khususnya seperti burung Cenderawasih. Sebab masih ada saja pemburu-pemburu yang melakukan perburuan liar.  

Burung menjadi sumber penghasilan sebagian orang dan burung juga menjadi sumber makanan manusia yang lesat. Namu, burung menjadi salah satu penghibur manusia. Hidup ini penuh makna karena telah dihiasai berbagai jenis burung yang menawan dan menggemaskan. 

Post a Comment for "MANPISASYO, MOIBUR: Cenderawasih Numfor"