BAHASA MELAYU DE MENYEBRANG KE PAPUA—KAPAN? - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BAHASA MELAYU DE MENYEBRANG KE PAPUA—KAPAN?

KALO KO jalan-jalan di tempat-tempat umum di tanah Papua, di pasar kah?, di tempat-tempat rame kah? atau dimana saja, ko pasti akan slalu dengar orang bicara pake bahasa Melayu-Papua atau yang dong singkat bahasa “Melpap”. Bahasa Melpap dong pake akan di semua kalangan masyarakat, tong mo bilang itu lingua franca atau basantara (bahasa perantara) orang Papua saat ini. Khususnya kitong di Papua, tong banyak dapat pengaruh dari bahasa Melayu, dan pengaruh bahasa Melayu ini bukan baru dari skarang, tapi sudah dari lama skali e. Itu yang bikin sampe, skarang di Papua tong  pake bahasa Melpap bicara hari-hari.

Bahasa ini de berkembang cepat skali, sampe demo kasi kala bahasa-bahasa daerah yang sudah moyang dong pake dari dulu-dulu skali—yaitu bahasa pertama orang Papua. Bagaimana tidak! Dari Tete-tete, Bapa-bapa, Mama-mama, Om-om, Bapa Tua (baptu), Mama Tua (mamtu), Bapa Ade (Pade), Mama ade (Made), Pace, Mace, Anana muda dorang, Anana kecil dorang, smua bisa pake bahasa ini, de jadi bahasa pergaulan yang luas skali di tanah Manbesak (Cenderawasih).

Saat ini bahasa Melpap de masuk jalur tengah antara bahasa Daerah dan bahasa Indonesia standard. Ada orang yang bisa bicara bahasa Daerah, bicara bahasa Indonesia dan bisa bicara bahasa Melpap. Tapi  ada juga yang bicara bahasa Daerah, bahasa Melpap tapi tra bisa bicara bahasa Indonesia standard. Bahkan ada yang sama skali tra tau bahasa Daerah maupun bahasa Indonesia standard yang de tau cuma bahasa Melpap. Itu yang bikin sampe, kenapa bahasa Melpap yang pake bahasa ini bicara jauh lebih banyak dan bahasa ini de tambah naik trus. Itu lagi, kalo tong tra belajar tong pu bahasa Daerah ni, cepat atau lambat Melpap de kasi tabuang bahasa Daerah, dan de akan naik kelas trus.   

Dari semua kalangan masyarakat dong bisa bicara pake bahasa Melayu-Papua dengan baik dan dalam depu perkembangan selanjutnya skarang orang mengertinya itu, sebagai bagian dari ’bahasa Indonesia’. Contoh begini, ko ketemu kopu teman yang sesama suku dengan ko, trus ko bicara pake bahasa daerah (kamdua bicara kam dua pu suku pu bahasa daerah). Karena de tra tau bahasa jadi, de bilang sama ko, ”Ko bicara pake bahasa Indonesia saja, sa tra tau bahasa”. Ungkapan kalimat ”pake bahasa Indonesia saja” disini sebenarnya yang de maksud itu, bicara pake ’bahasa Melayu Papua saja’. Skarang timbul pertanyaan, ’Kenapa sampe skarang ini tong bisa bicara pake Melayu-Papua?’ Sedangkan moyang yang hidup ribuan taun yang lalu dong lagi tra kenal apa itu yang dong sebut bahasa Melpap.

Tong akan cari tau sedikit tentang bagemana bahasa Melayu de masuk sampe ke tanah Papua dan pada akirnya muncul bahasa Melayu-Papua. Kenapa tong harus tau bahasa Melayuini kah? Karna bahasa Melayu itu bahasa yang tong pake sehari-hari dan itu sudah jadi bagian dalam tong pu aktifitas atau rutinitas sehari-hari. Jadi, tidak salah kalo tong belajar depu sejarah sedikit supaya tong bisa tau depu kata-kata yang tong pake itu dari bahasa apa saja? Depu truktur bahasa itu dari mana saja dan kapan orang-orang Papua dong mulai pake akan. Bahkan sampe skarang ini (abad ke-21) bahasa ini de alami banyak perubahan dan penambahan kosakata baru sesuai dengan pergaulan orang di dunia nyata maupun dunia maya (jejaring sosial) yang tra terlepas dari perkembangan zaman. Kapan persisnya orang Papua dong pake bahasa Melayu? Karena trada prasasti yang dong ketemu di Papua tentang bahasa Melayu, jadi sulit untuk tong mo tau. Orang Papua dari dulu hanya pake lambang-lambang, gambar-gambar atau motif-motif untuk jadikan sebuah pesan tertulis (piktografi) dan bukan dalam bentuk aksara ataupun huruf jadi memang trada tulisan berupa huruf atau aksara.

Tapi, hubungan kontak dengan bahasa Melayu itu, bisa tong liat dari bahasa-bahasa dan sejarah pelayaran suku-suku yang ada di Papua yang penggayu sampe ke luar Papua dan lakukan kontak dengan suku-suku lain. Contoh yang sa pake disini itu suku Biak (Er Byak) dari Papua (Sup Ibabwa), Teluk Cenderawasih (Geelvink Bay). Sa jadikan contoh karena bahasa yang orang Biak dong pake yakni bahasa Biak itu menurut para ahli bahasa dorang (linguistik), de masuk rumpun atau keluarga Austronesia, dan bahasa Melayu juga itu masuk rumpun Austronesia. Nah, kalo sama-sama berasal dari satu rumpun bahasa berarti pasti ada kesamaan bahasa atau kata, termasuk ada kesamaan kebiasaan (adat istiadat), bentuk-bentuk rumah, perahu dan teknologi kuno lainya karna proses atau kontak di masa lalu.

Sejauh ini blum ada bukti kuat kapan persisnya kontak  orang Papua dengan orang-orang yang pake bahasa Melayu dorang. Tapi, beberapa penulis dorang duga bahwa kontak itu sudah terjadi kira-kira pada abad ke-8 Masehi. Kalo begitu, kapan bahasa Malayu de masuk di masuk di tanah Papua? Untuk persisnya blum bisa dipastikan, orang Papua dong pake bahasa Melayu, karena blum ada catatan lengkap yang kastau tentang depu taun pasti. Informasi yang banyak tong ketemu itu, penjelajah-penjelajah dari luar Papua milsanya seperti orang Eropa dong pu catatan yang secara tidak langsung dong singgung. Jaman-jaman dulu e, tete-tete dong su baku teman dagang dengan orang-orang yang bicara bahasa Melayu dorang. Orang-orang yang pake bahasa Melayu ini, kemungkinan antara lain orang Tidore, Bali, Jawa, Semarang, Bugis, Makasar, dsb.  Pada abad ke-7, bahasa Melayu ini dong pake akan untuk dagang, jadi de menyebar luas skali termasuk sampe ke kepulauan Nusantara bagian Timur, Papua.

Tong su liat tadi bahwa bahasa Melayu Kuno atau Melayu Tua sejak abad ke-7, dapat pengaruh dari bahasa Dravida (India) termasuk depu agama Hindu, tulisan (Aksara), dan Kosakata. Apakah ada suku-suku di tanah Papua yang juga terpengaruh bahasa Melayu Kuno atau juga pengaruh unsur Indianisasi? Dan yang pasti bahwa orang Eropa dong begitu masuk di Nusantara, dong lagi tambah-tambah dong pu bahasa kasih baku tacampur dengan bahasa Melayu.

Waktu dong tulis Prasasti Kedukan Bukit pada taun 682-3 M, dalam bahasa Melayu Kuno, dengan aksara Pallawa, delapan belas tahun kemudian,  Catatan Tse-fu-yuan-kuei, pada taun 1005-1013 de kastau kalo taun 701-702, 716 dan 724 M, ada utusan yang nama Kiu-mo-lo (Kumara) dari Fo-shih (Sriwijaya) dong bawa persembahan atau hadiah untuk kase kaisar  China (Tiongkok), hadiah yang dong kasih ke Kaisar itu, dua orang cebol (panta Telanjang), perem Seng-ki (Janggi), biduan (sekelompok musikus), burung Yakop lima ekor.  Nanti taun 728 M, utusan dari Sriwijaya dong datang lagi bawa burung Yakop yang depu bulu warna wani, mungkin burung kakatua putih, hijau, dan merah. Menurut pace Krom depu penafsiran de bilang nama Seng-ki itu sama dengan nama Zangge atau Jangge dalam bahasa Jawa.

Post a Comment for "BAHASA MELAYU DE MENYEBRANG KE PAPUA—KAPAN?"