MANSWAR: Burung Kasuari - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MANSWAR: Burung Kasuari

 

Kasuari
Manswar


MANSUWAR (Manswar) dalam bahasa Biak, atau disebut juga dalam bahasa Numfor-Dorei sebagai Wongge. Dalam bahasa Melayu-Indonesia disebut burung Kasuari (Casuariidae) atau Kasouari (کسواری). Dalam kamus Noemfoorsch Woordenboek (Kamus Bahasa Numfor), karya J.L. en F.J.F. Van Hasselt, tahun 1947, hal. 146, di jelaskan bahwa secara etimologi nama Manswar berasal dari dua kata yaitu Man dan Suwar (swar). Man berarti burung, Suwar berarti kuat. Nama ini juga berasal dari Manswor yang berarti tumpukan makanan, menampung kotoran yang jumlahnya banyak. 

Ada beberapa bahasa di Papua yang penamaannya sama dengan bahasa Biak. Misalnya, bahasa Wandamen: masuar, masua; bahasa Waropen Kai: Sara/saro; bahasa Mor:tuar,  bahasa Ambai: mansari/ maunsari.  Dalam bahasa lain di Papua, misalnya bahasa Teminabuan (Sorong selatan): Simat. Bahasa Meyah (Manokwari): Inonsa. Bahasa Mee:Budaa, Bahasa Wambon (Boven Digul):Itit/Sanip, bahasa Muyu (Boven Digul): Niap, Bahasa Mappi: Kojhuu, bahasa Irarutu (Kaimana): Jamuu (Jamu) Bahasa Maybrat: Rukair, bahasa Atam: Apmdiy, bahasa Nduga: Saro, bahasa Mairasi (Kaimana): Somia, bahasa Asmat:Pi. Selain bahasa di Papua, bahasa di luar Papua misalnya bahasa Lampung, menyebutnya burung Suwarei (Suwari) yang terdapat dalam adat orang lampung. Bahasa Melayu: Kasawari: 

Manswar sangat fenomenal dalam kehidupan suku Biak-Numfor di masa lampau, dalam cerita-cerita rakyat, mitos dan legenda, burung ini memiliki fungsi penting dalam kebudayaan dan tradisi suku Biak-Numfor. Burung ini menjadi lambang kekuatan khas bagi para Manbri (Pahlawan-pahlawan keret). Pada masa lalu, suku Biak-Numfor melakukan pelayaran perdagangan di banyak tempat di tanah Papua untuk berdagang dan mencari burung Kasuari. Selain dagingnya di konsumsi, buluh serta tulangnya di manfaatkan. Misalnya, pada haluan perahu Wairon (Tampaberi), ada bagian atau unit yang disebut Mankarwar (Karwar) dimana rambut dari ukiran patung Karwar dipasang Manswarbur atau Wonggeibur (buluh Kasuari). 


kasuari


Selain itu, tulang burung Kasuari juga digunakan sebagai pisau dalam bahasa Biak disebut Surek dan tombak. Tombak ini biasanya digunakan untuk berburu dan berperang dan melindungi diri. Tombak tradisional suku Biak, disebut menof atau bom yang terbuat dari kayu ujungnya atau mata tombaknya digunakan tulang kasuari (Manswar kore). 

Orang Biak pada masa lalu juga menamakan salah satu pulau di Raja Ampat: Mios Mansuar dan menamakan bukit Manswarbori di kampung Sopen, Biak Barat yang berkaitan dengan cerita legenda Manarmakeri. Pada suku Tabi tulang Kasuari yang di jadikan belati tancap atau belati tusuk di sebutnya  dalam bahasa Buyaka adalah Kamau atau Hmau. Ini biasanya menjadi warisan turun temurun. Di bawah ini salah satu cerita rakyat di tulis awal tahun 1900-an. 


Cerita Rakyat Biak Numfor dalam dialek Numfor-Dorei


WÖNGE RIOB BA

Bëpön wönge, man kaku, i rob mnis man wësë. Ras öso, i kukër wando, suserf aibon. Bape wonge i d'ores ro snau, aibon na sapi beri, — iririja wando i d'awaw. I bëangar wönge,  d'öbo: ku serf aibön ro sop. Su mbrain ro sop, wando i kofein faro wönge: koe pas kum kubena. Aja pas kum bena nabro, wa pas jena. Wönge köfein: "i bje". Bape wando, i pas wönge kum, riöb be bo, ma wönge i d'awaw isöf ansöna.


Dalam teks cerita rakyat di atas menceritakan bahwa pada mulanya burung Kasuari bisa terbang selayaknya burung pada umumnya. Namun pada suatu hari, burung Kasuari dan burung Tawon, pergi mencari buah untuk dimakan. Tapi setiap kali, Kasuari duduk di cabang-cabang buah, semua buahnya berjatuhan. Ini menyebabkan burung Tawon tidak mendapatkan buah untuk dimakan. Akhirnya si burung Tawon mengelabui Kasuari. 

Dia bilang kepada Kasuari, 'kita cari buah di bawah saja, jangan di atas pohon'. Akhirnya mereka berdua hanya berjalan di bawah tanpa terbang ke atas pohon. Kemudian, burung Tawon mengatakan ayo kita cabut buluh kita. Saya akan mencabut buluhmu duluan, dan kau cabut punyaku. Kasuari bilang ok saya setuju. Tapi, burung Tawon mencabut semua bulu burung Kasuari, kemudian langsung dia terbang ketas. Akhirnya burung Kasuari tidak memliki sayap untuk terbang sampai hari ini. 

Post a Comment for "MANSWAR: Burung Kasuari"