HUBUNGAN ANGKA "PITUWO" DALAM BAHASA MEE DAN PROTO-AUSTRONESIA
Wilayah tanah Papua terdapat dua rumpun utama bahasa. Ada bahasa-bahasa Austronesia (AN) dan adapula bahasa-bahasa Papua atau yang sering disebut Non-Austronesia (NAN). Kedua rumpun ini tumbuh subur di atas tanah Papua dan penuturnya menggunakannya sampai hari ini. Tak heran kedua bahasa ini sering bercampur satu sama lain. Sehingga cukup sulit untuk membedakan manakah bahasa Papua asli dan bahasa Austronesia, ini telah nampak pada orang Papua di pesisir utara Papua.
Bahasa Mee termasuk dalam rumpun bahasa Papua (NAN) yang diklasifikasikan lagi dalam keluarga Trans-New Guinea. "Bahasa-bahasa seperti bahasa Dani, Yali, Mek, Mee, Asmat, Marind, Muyu, Mandobo, Sentani, Nafri, Demta, Isirawa, Kwerba, Auye, Mairasi, Mer, Tanah Merah, dan Inanwatan, Sebrar, Konda, Kais, Kokoda adalah bahasa-bahasa Trans-New Guinea". (Yusuf Sawaki, 2018:131)
Pada bagian ini Penulis ingin menyoroti hubungan angka "Pituwo" dalam bahasa Mee (Papua) dan bahasa-bahasa Austronesia pada suku-suku bangsa yang memiliki kesamaan angka pituwo (atau dalam bahasa Indonesia angka "tujuh").
Hubungan Bahasa Proto-Austronesia dan Angka Pituwo bahasa Mee
Pituwo adalah bilangan bahasa Mee (Papua) yang telah digunakan suku bangsa Mee dimasa lampau sampai pada abad ke-21 ini. Penggunaan angka "Pituwo" ini menarik untuk ditelusuri lebih jauh. Kenapa? Karena bahasa Mee sendiri merupakan bahasa Papua yang digunakan wilayah pegunungan yang bisa dikatakan jauh dari wilayah pesisir.
Di wilayah tanah Papua beberapa bahasa masuk dalam rumpun Austronesia seperti bahasa Waropen, Ambai, Ansus, Wooi, Pom, Serui Laut, Munggui, Kurudu, Moor, Biak, Roon, Wandamen, Dusner, Yaur (di Teluk Cenderawasih), Ambel, Maya, Batanta, Matbat (di Kepulauan Raja Ampat) dan kemungkinan bahasa Austronesia di sebelah barat daya Papua seperti bahasa Irarutu, Sekar, Kuri, Mor.
Meskipun suku-suku yang disebutkan diatas berbahasa Austronesia, namun angka yang ditemukan dalam bahasa-bahasa diatas tidak ada yang begitu dekat dengan sistem angka Proto-Austronesia khususnya angka pituwo atau dalam bahasa Indonesia angka tujuh.
Para Pakar linguistik meneliti bahwa sistem bilangan Proto-Austronesia untuk angka tujuh adalah "PITU, PITO" bentuk dasar ini kemudian menyebar. Nah, menariknya justru bahasa Mee (Non-Austronesia) yang sangat dekat dengan bahasa Proto-Austronesia dimana sistem bilangannya masih ditemukan pada kata PITU-WO dalam bahasa Mee. Bahkan Pitu dan Pito tampaknya merupakan gabungan dari kata Pituwo.
Berikut beberapa bahasa-bahasa yang menggunakan bentuk Pitu (Pito):
Bahasa Proto-Austronesia: Pito, Pitu
Bahasa Mee (Papua): Pituwo
Bahasa Ansus (Papua): Itu, Boitu
Bahasa Bali = Pitu
Bahasa Jawa (Jawa Kuno, Krama, Ngoko) = Pitu
Bahasa Madura = Petto
Bahasa Sasak = Pituk
Bahasa Banjar, Batak, Bugis = Pitu
Rumpun bahasa Formosa bahasa Amis, Sakizaya = Pito, Mpitu (seediq)
Bahasa Paiwan (Taiwan) = Pitju
Bahasa Rukai (Taiwan) = Pitu
Bahasa Sakizaya (Taiwan) = Pitu (Bitu)
Bahasa Nantou (Taiwan) = Upitu
Bahasa Tagalog (Filipina) = Pito
Darimana Datangnya Angka Pituwo?
Banyak peneliti mengungkapkan bahwa bangsa berbahasa Austronesia ribuan tahun lamanya telah melakukan banyak kontak dengan orang-orang asli Papua. Hubungan dagang dan perkawinan menyebabkan saling tukar bahasa, budaya kerap terjadi. Sehingga beberapa suku-suku di Papua ada yang menggunakan bahasa Austronesia namun gen Papua mereka masih tetap mempertahankan identitas Papua.
Pertanyaannya adalah apakah kata "Pituwo" ini diserap oleh suku bangsa Mee dari bahasa Austronesia pada jaman dulu? Ataukah memang merupakan bahasa asli Papua yang diserap oleh penutur bahasa Austronesia?
Post a Comment for "HUBUNGAN ANGKA "PITUWO" DALAM BAHASA MEE DAN PROTO-AUSTRONESIA"