APAKAH HEWAN GAJAH PERNAH HIDUP DI PULAU JAWA? - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

APAKAH HEWAN GAJAH PERNAH HIDUP DI PULAU JAWA?

lukisan gajah di jawa Timur
Lukisan Gajah di Jawa Timur, 1646 M. 

Gambar lukisan tahun 1646 di atas memperlihatkan bagaimana Raja Tuban datang bertemu orang Belanda di pantai Tuban. Tampak seekor gajah ditunggangi Raja Tuban beserta pengiring sang Raja. 

JAWABANNYA adalah ya! Sudah banyak sekali bukti yang memperjelas fakta bahwa memang benar gajah pernah hidup di pulau Jawa. Konon, hewan gajah digunakan pada masa kerajaan-kerajaan di pulau Jawa berdiri bahkan jauh sebelum pada masa Hindu-Buddha. Relief-relief di candi dan situs (Borobudur, Rimbi Jombang, Cetho) memperlihatkan pahatan-pahatan gajah. Pembangunan candi Borobudur yang diperkirakan mulai dibangun pada abad ke-8, menunjukan bahwa pada tahun 700-an, gajah masih sangat banyak di sana. 

Pada zaman dulu, gajah ini digunakan oleh manusia sebagai binatang tunggangan baik sebagai alat transportasi, dalam berperang maupun untuk mengangkut barang logistik. Bahkan gajah juga dimanfaatkan dalam proyek-proyek pembangunan di masa lalu, untuk mengangkut material-material yang tak bisa dilakukan oleh tenaga manusia. 

gajah di jawa
Relief Gaja di candi Borobudur, di potret 1915, KITLV
Selain itu, terdapat juga temuan-temuan berupa fosil gajah di pulau Jawa misalnya di Bandung, di situs pati ayam, dan tempat-tempat lainnya. 

Dalam sejarah Tiongkok, pada dinasti Liang, yang memerintah 502-556 M, laporan-laporan tentang pulau Jawa disebutkan bahwa seorang Raja duduk di atas seekor gajah, dikelilingi oleh panji-panji, genderang dan bendera-bendera buluh dan ditutupi kanopi putih, raja di sana kerap mengirim utusan ke kaisar Cina. Pada abad ke-7, Jawa memiliki berbagai komoditi yang siap diekspor misalnya seperti ke China adalah gading gajah, kulit penyu, emas, perak dan cula badak (P. J. Veth, 1896:34-35)

Nama lain dari gajah

Gajah salah satu hewan yang terkenal di pulau Jawa selain hewan lainnya. Istilah “gajah” merupakan serapan dari bahasa Sanskreta yakni “gaja”. Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Bhuda, kemungkinan pada zaman dulu kata yang digunakan untuk menyebut gaja adalah “liman” (Sunda, Jawa), “beram” dalam bahasa Melayu yang merupakan padanan kata “gajah”. Istilah kata "gaja" diserap pula oleh bahasa Indonesia untuk menyebut hewan gajah. 

Dalam kamus A Dictionary of the Sunda Language of Java, karangan Jonathan Rigg, tahun 1862 bahwa kata “Liman” berarti gajah, dalam bahasa Sunda dan nama “Chiliman” (Sleman) mungkin awalnya berarti “Sungai Gaja”. Rigg juga merujuk pada kata “Lima-an, yang memiliki tangan dan belalainya. Dia meyakini bahwa jika benar kata-kata ini merujuk pada hewan gajah itu sendiri bisa dipastikan bahwa gajah pernah menjadi penghuni hutan Sunda, karena masih ditemukan liar di Lampung di seberang selat Sunda. Satu tahun kemudian, pada 1863, Rigg juga menemukan prasasti Kebonkopi, dimana terdapat pahatan tapak gajah abad ke-5 sampai abad ke-7 M.

Pada tahun 1500-an, gajah jawa masih ditemukan di hutan-hutan pulau Jawa. Catatan tertulis dari bangsa Portugis dan Spanyol mengabadikannya dalam manuskrip-manuskrip berbahasa Portugis Spanyol. Misalnya manuskrip Chacon menyebutkan bahwa ’Pada masa pemerintahan Raja Felipe II, seekor gajah di kirim ke Madrid sebagai hadiah dari gubernur Jawa pada tahun 1581’. (Diccinario de la lengua castellana, 1876:4; Sorace, 1988:28). Ilustrasi gambar yang dibuat pada 1596 menunjukkan satwa di pulau Jawa seperti gajah, badak, buaya, kura-kura, dan landak merupakan hewan yang hidup di Jawa. Gambar tersebut termuat dalam buku perjalanan Cornelis de Houtman pada 1595-1597. 

Manuskrip bahasa Spayol Descripcion Del Elefante, tahun 1773, menjelaskan bahwa gajah ditemukan juga ”di pulau-pulau besar India dan Afrika seperti Madagaskar, Jawa, dan bahkan di kepulauan Filipina”.  Catatan-catatan tertulis ini juga didukung oleh peta 1730 dimana lukisan dan peta pulau Jawa memuat gambar gajah. Bahkan sketsa lukisan gajah yang dibuat pada 1646 di Tuban  (lihat gambar di atas). Menariknya, ada juga situs "Watu Gajah Tuban" yang konon merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Situs itu tampak seperti seekor gajah. 

gajah di jawa
Seekor gajah yang ditunggangi seorang Pria Eropa, 1868 di Jawa
Tampaknya gajah memainkan peran penting dalam sejarah kehidupan manusia di tanah Jawa. Bukti fosil, relief candi, prasasti, manuskrip, mitologi, cerita tutur, telah merekam perjalanan hewan gajah di tanah Jawa. 

Mengapa gajah di pulau Jawa punah?

Gaja mulai menghilang di pulau Jawa pada akhir tahun 1800-an. Pada abad ke-19, gajah asli pulau Jawa punah. Mengapa bisa punah? mungkin salah satu penyebab punahnya gajah di Jawa adalah perdagangkan dan perburuan masal yang terus menerus.  Rekam jejak sang hewan luar biasa itu, menghilang ditelan waktu, kisah tergoreskan tentang gajah, mungkin hanya tinggal nama di pulau Jawa. Di Indonesia, pulau Sumatra masih terdapat gajah di beberapa tempat seperti Sumatera Utara, Riau, Jambi, Aceh, dan Lampung.

Post a Comment for "APAKAH HEWAN GAJAH PERNAH HIDUP DI PULAU JAWA?"