Misionaris Ottow dan Geissler dalam Penerjemahan Kamus Bahasa Biak - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Misionaris Ottow dan Geissler dalam Penerjemahan Kamus Bahasa Biak

Kamus Bahasa Biak
Myfoorsche Taal (Kamus Bahasa Numfor), 1862

"KAMI HARUS KE DORI (DOREH), DAN DI SANA MEMPELAJARI DULU DAERAHNYA, ADAT-ISTIADATNYA DAN BAHASANYA. INI ADALAH SARAN DARI GUBERNUR MALUKU, DAN ITU KAMI ANGGAP PULA SEBAGAI CARA YANG PALING BAIK."


PELABUHAN Doreri, merupakan tempat yang sering dikunjungi para penjelajah, pedagang, maupun masyarakat pesisir tanah Papua, teluk Saireri seperti orang Wandamen, Yapen-Waropen, dan orang Biak-Supiori. Para pedagang dari luar Papua, sering mempelajari bahasa Biak dialek Numfor Doreri agar bisa berkomunikasi dengan masyarakat setempat. 

Orang-orang Mansinam, khususnya dikalangan para pria yang sering berlayar ke kepulauan Maluku, bahkan bisa berkomunikasi dalam bahasa Melayu khas dialek Papua. Tak heran, banyak dari orang-orang Doreri-Mansinam, digunakan oleh pemerintahan Belanda sebagai para penerjemah sewaktu melakukan kunjungan ke berbagai wilayah teluk Cenderawasih pada tahun 1800-an. 

Pada abad ke -18, Orang Biak Numfor, belum mengenal abjad latin. Mereka hanya bisa berbicara secara lisan. Melalui penelusuran sejarah bahwa bahasa Biak baru ditulis kedalam abjab latin dan memiliki bukti tertulis itu baru ada pada tahun 1775 karya navigator Inggris, yakni Thomas Forrest. Beberapa tahun kemudian, yakni tahun 1782 seorang ahli bahasa bernam Christian Rüdiger, juga mencatat tentang hitungan bahasa Biak. Dalam periode tahun 1700-an, beberapa dari kalangan ahli orang Eropa, banyak mengunjungi tempat-tempat dimana komunitas bahasa Biak dituturkan.  

Puluhan tahun kemudian, datanglah dua misionaris Carl Wilhelm Ottow (24 Januari 1827 - 09 November 1862) dan Johann Gottlob Geissler (18 Februari 1830 - 11 Juni 1870) yang tidak saja dikenal sebagai misionaris Jerman, kedua orang ini dikenal juga sebagai guru dan pendidik bagi orang-orang Papua, semenjak kehadiran mereka di tanah Papua tahun 1855. Kedua Misionaris Jerman ini, bahkan bisa menghasilkan catatan-catatan penting dalam bahasa Numfor (kini dikenal sebagai bahasa Biak). Berkat semangat dan kegigihan mereka, sampai sekarang kita dapat membaca dan mengakses secara digital kamus bahasa Biak karya mereka. 

MEMPELAJARI BAHASA BARU

Mansar Geissler menulis, "Kami harus ke Dori (Doreh), dan di sana mempelajari dulu daerahnya, adat-istiadatnya dan bahasanya. Ini adalah saran dari Gubernur Maluku, dan itu kami anggap pula sebagai cara yang paling baik. Dan kami belum mau berpikir lebih jauh dari itu."

Geissler merasa saran dari gubernur Maluku ini sangat tepat, sebab itu bisa membuka pintu hati orang-orang Doreri untuk lebih mengenal mereka lebih dalam. Dan bisa mengajarkan berbagai hal kepada masyarakat Manokwari dalam bahasa daerah. Maka, pada tahun 1857, kedua perintis itu menyusun daftar kata. Ada sekitar 1000 kosa kata bahasa Numfor-Melayu yang mereka susun kedalam bahasa Belanda dan menyerahkan itu kepada tuan Dr. Croockewit, peneliti yang datang ke Doreri menggunakan kapal Stoomschip Etna pada tahun 1858, tuan Croockewit kemudian menyusunnya berdasarkan abjad. 

Awal tahun 1858-1859, Ottow sudah mulai berkhotbah dalam bahasa Numfor, bahkan dia juga menerjemahkan lagu-lagu dalam bahasa Numfor.  Kedua misionaris ini menganggap pentingnya untuk mempelajari bahasa daerah agar bisa berhasil dalam membantu orang Papua di masa itu.

Kamus bahasa Biak-Numfor

Pada daftar kata diatas, kita bisa melihat karya Mansar Ottow, yang dipublikasikan pada tahun 1862. Umur kamus ini melewati beberapa generasi dan sudah berumur satu abad lebih. Meskipun tidak banyak kosa kata yang dibuat, namun ini merupakan data penting untuk menggali lebih dalam tentang pengetahuan orang Biak Numfor tentang budaya dan tradisi mereka yang terekam dalam kamus dwibahasa Belanda - Numfor. 

Ottow juga berperan sebagai informan kunci, sewaktu mendapat kunjungan dari berbagai penjelajah dan peneliti orang Eropa. Dr. Adolf Bernhard Meyer, yang menulis kamus bahasa Jerman-Numfor (Ueber die Mafoor'sche und einige andere Papúa-Sprachen auf Neu Guinea) tahun 1874, juga merujuk referensi dari catatan Ottow di atas.  

Seorang peneliti asal Jerman, C. B. H. Rosenberg dalam catatannya ia mengatakan bahwa ia berutang kata-kata bahasa Numfor dari tuan Geissler dan mendiang Missionaris Ottow. Beberapa kosa kata bahasa Numfor dari kedua misionaris ini juga disertakan dalam bukunya Reistochten naar de Geelvinkbaai op Nieuw-Guinea in de jaran, 1869 en 1870, yang diterbitkan tahun  1875. Pada halaman 131-135, di sana terdapat kosa kata bahasa Numfor. 

Von Rosenberg seorang naturalis dan peneliti Jerman ini bahkan mendata beberapa kosa kata bahasa Biak dialek Numfor-Doreri (Manokwari) dan beberapa kosa kata bahasa Ansus (Yapen), dan bahasa Arfak (Manokwari) yang sebagian dia ambil dari para zendeling pada masa itu. 

Dalam tahun-tahun berikutnya, jejak yang ditinggalkan oleh kedua misionaris ini terus diikuti dan dilanjutkan oleh para zendeling berikutnya. Misalnya, sinan J. L. Van Hasselt dan anaknya F. J. F. Van Hasselt. Bapak dan anak ini, memiliki peranan penting dalam penerjemahan dan penyusunan kamus bahasa Biak (Numfor). Mereka juga merupakan pakar kebudayaan Biak Numfor.  

Di tahun 1800-an, beberapa catatan tentang bahasa Biak-Numfor telah banyak diteliti oleh berbagai penulis dan peneliti pada masa itu. Dan seperti telah diketahui bahwa bahasa Biak merupakan bahasa yang telah diteliti sejak tahun 1700-an, dan sampai sekarang di abad ke-21 ini, kalangan akademisi dan para linguis orang Papua maupun non Papua, masih giat meneliti tentang bahasa Biak. 

Kedua tokoh Papua Ottow dan Geissler tidak saja dikenal sebagai misionaris, tetapi mereka juga dikenal sebagai guru yang berbakti dan dengan tekun mengajarkan dan menulis tentang bahasa orang Papua yakni bahasa Biak. Kiprah kedua guru ini di tanah Papua, telah meletakkan fondasi pengetahuan yang berguna bagi generasi Papua di masa depan.  

Orang-orang hebat asal Jerman mulai dari Christian Rudiger, Ottow, Geissler, dan Von Roserberg adalah orang-orang Jerman yang memiliki jasa dalam penulisan bahasa Biak-Numfor. Kini, apa yang mereka tulis menjadi warisan bahasa yang tetap abadi, meskipun mereka telah tiada.  

Post a Comment for "Misionaris Ottow dan Geissler dalam Penerjemahan Kamus Bahasa Biak"