INDENTITAS KERET SEBAGAI TANDA PENGENAL DALAM SUKU BIAK - Manfasramdi
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

INDENTITAS KERET SEBAGAI TANDA PENGENAL DALAM SUKU BIAK

keret marga suku biak

KERET (ER) SEBAGAI TANDA PENGENAL SUKU

Orang Papua, bisa dikenal melalui marga atau klen, darimana dia berasal, wilayah mana dia tinggal dan dia berasal dari suku apa. Melalui marga sukunya kita bisa tahu asal usulnya. Misalnya seperti mereka yang tinggal di pegunungan, pesisir pantai, rawa-rawa, muara sungai, kali.  Setiap keret klen suku memiliki latar belakangan di balik setiap marga. Marga atau keret merupakan nama keluarga besar suku dalam identitas masyarakat adat. Marga lasim di temukan di banyak kebudayaan di dunia.  

Disini kita akan belajar sedikit tentang marga suku Biak. Saya akan lebih berfokus menjelaskan tentang marga suku bangsa Biak, yang juga memiliki sistem keret dikental dengan identitas kesukuannya. Suku bangsa Biak, tidak ada satupun yang tidak memiliki keret (er). Semua orang Biak tetap akan dikenali latar belakangnya, darimana dan kampung mana dia berasal melalui sistem keret. Ada sekitar 500 lebih marga keret suku Biak Numfor yang tersebar di tanah Papua. 

KERET SUKU BIAK PAPUA

Suku bansa Biak-Numfor berkembang melalui keret-keret yang terbentuk di masa lampau. Terbentuk dari koloni-koloni dan kelompok suku yang berkembang hingga dikenal sebagai suku bangsa Biak. Asal muasal suku Biak berasal atau datang dari daratan tanah besar pulau Papua. Beberapa cerita rakyat maupun beberapa referensi tertulis menyebutkan bahwa mereka berasal dari tanah Tabi,  tanah matahari terbit. Dan ini memang cocok dengan kebudayaan yang di bawah dari tanah besar Papua. 

Jika di amati hampir setiap legenda, benda-benda seni, kemiripan fisik, serupa dengan penduduk Tabi. Dalam perkembangan berikutnya orang Biak, mendapat pengaruh dari luar Papua, melalui kontak dagang serta hubungan-hubungan sosial lainnya. Yang menyebabkan adanya unsur budaya baru yang telah meleburkan diri  dengan budaya asli Papua yang memudian  melahirkan kebudayaan Biak Numfor. Tampak jelas terlihat dari bahasa yang digunakan suku bangsa Biak yaitu bahasa Biak dan Numfor. Kebudayaan Biak Numfor ini juga, berkerabat dekat dengan kebudayaan Yapen Waropen  Kai (Saireri).  Bagaimana terbentuknya sebuah marga dalam suku bangsa Biak? Mari kita membahasnya.

TERBENTUKNYA KERET (ER)

Suku Biak menyebut kelompok suku atau marga dengan sebutan "ER" atau "KERET" dua kata di atas memiliki makna yang sama merujuk kepada kelompok atau sub suku tertentu di dalam suku bangsa Biak Numfor. Orang Numfor, biasanya lebih menggunakan kata ER sedangkan orang Biak, cenderung menggunakan kata KERET.  Kedua kata tersebut memiliki pengertian yang sama. Kemungkinan besar, kata "keret"  atau "er" berasal dari kata "rer". Rer berarti mengganti, berubah, sesuatu yang lama menjadi baru. Contohnya seperti pada ular yang selalu mengganti kulit lamanya dengan yang baru. Itu disebut "rer". Rer dari seorang "Kma" (Bapak) adalah "romawa" (anak) yaitu laki-laki. Anak lelaki biasanya menjadi pewaris sebuah marga secara turun temurun. 

Pengertian ”Bangsa” atau ”Suku, ras” dalam bahasa Biak disebut ER, sedangkan marga (klen) disebut ”KERET”.  Istilah “ER”` maupun “KERET” sebenarnya berasal dari sebuah bentuk kata dasar “RER” yang kemudian disingkat menjadi “ER” secara harfiah berarti “berganti”, ”berubah”, membentuk sesuatu “yang baru”. Rer bisa terjadi karena adanya sebuah siklus kehidupan manusia. Sebuah syos (turunan) bisa ada karena terjadi suatu proses ”RER” yang baru. Untuk menghasilkan sebuah rer yang kemudian menjadi er atau syos (turunan), harus terjadi perkawinan (farbakbuk) antara pria dan wanita yang terikat dalam pernikahan adat munara farbakbuk (fakawin) yang kemudian menghasilkan rer atau pengganti; turunan romawa ma inai (anak laki-laki atau anak perempuan) melalui ok farbakbuk (hubungan seks) antara suami istri. Jika imbeswa (pasangan suami istri) memiliki romawa status kehidupan mereka akan berganti sebagai kma dan sna peranan sebagai ayah dan ibu dan mereka akan menjadi kina atau sim (sebagai satu keluarga). 

Biasanya, kata rer ini dipakai juga pada seekor ular atau binatang lain yang mengganti kulit lamanya dengan kulit yang baru. Padanannya adalah jika seorang Pria atau Bapak memiliki seorang anak laki-laki, maka anak itu merupakan pengganti dari ayahnya (rer ro kmari), atau pengganti dari sang ayah kata ini pun terus berkembang yang sampai sekarang kita kenal sebagai keret atau marga (klen, fam). Dengan berkembangnya Kina/Sim menjadi lebih besar maka tercipta pula sistim-sistim perkawinan, kekerabatan, dan system aturan adat yang akan digunakan sebagai patokan atau norma yang berlaku dalam m’nu, bar-mun, kadibar yang secara umum di terima sebagai rari Byak (hukum adat istiadat) dalam suku, kelompok suku, marga, dan keluarga Biak. Sistem Kekerabatan (Ḇaḇekaryer) seperti: Aup, Up, Akak, Apus-Apum, Sinan, Kamam, Awin (Sna Kasun, Sna Beba), Inai, Roma, Napirman, Rifyo (Rifyobin/Snon), Swa (Kyai), Bedar, Naek (Namek), Srar (Manbesrar, Binbesrar, Eba, Kasun (Beknik), Karyer, Komin.   

Dr. Mansoben menjelaskan bahwa di masa lalu "Suatu keret terdiri dari sejumlah keluarga batih yang disebut sim. Wujud nyata dari kesatuan sosial tersebut pada waktu lalu adalah rumah besar yang disebut rumah keret." (Mansoben, 1995:279) Nama-nama keret suku Biak Numfor, persebarannya sangat luas di tanah Papua. Identitas keret ini menjadi tanda pengenal. Karena asal muasal nama sebuah keret berkaitan erat dengan sebuah peristiwa dalam kehidupan pengguna keret. 

Saya pernah bertemu dengan beberapa orang dan menanyakan arti dari marga mereka, ternyata banyak yang sudah tidak mengetahui arti dan cerita di balik penamaan marga. Padahal arti sebuah "Marga" atau "Keret" memiliki latar belakang cerita yang menarik, menggugah, dan menyimpan pengetahuan marga atau keretnya. 

Geneologi keluarga atau silsilah keluarga sangat penting untuk mencari kembali kerabat-kerabat terdekat. Menggali kembali cerita tutur, kesamaan nama-nama moyang dalam beberapa keret sangat penting. Mempelajari kembali sejarah keluarga itu sangat penting dan menarik.

2 comments for "INDENTITAS KERET SEBAGAI TANDA PENGENAL DALAM SUKU BIAK"

Anonymous November 29, 2023 at 3:19 PM Delete Comment
ada artikel asal usul marga Morin k?
Manfasramdi November 30, 2023 at 10:41 AM Delete Comment
Syowi Aroba Napi